BAB IV
IODOMETRI
4.1. Tujuan
Percobaan
- Membuat
larutan standard dalam iodometri
-
Standarisasi larutan natrium tiosulfat dengan larutan kalium dikromat
- Menggunakan larutan standard natrium
tiosulfat untuk penetapan kadar
tembaga dalam garam tembaga sulfat pentahidrat.
4.2. Tinjauan
Pustaka
Titrasi iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk
menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar
daripada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator
seperti CuSO4.5H2O. Titrasi iodometri adalah berkenaan
dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia (Liony, 2015).
Iodometri
merupakan salah satu metode analisis kuantitatif volumetri secara oksidimetri
dan reduksimetri melalui proses titrasi. Titrasi oksidimetri adalah titrasi
terhadap larutan zat pereduksi (reduktor) dengan larutan standar zat
pengoksidasi (oksidator) (Regina, 2008).
Standarisasi
larutan
Sejumlah
substansi dapat dipergunakan sebagai standar-standar primer untuk
larutan-larutan tiosulfat. Iodin murni adalah standar yang paling jelas namun
jarang dipergunakan dikarenakan kesulitannya dalam penanganan dan penimbangan
yang lebih sering dipergunakan adalah standar yang terbuat dari suatu agen
pengoksidasi kuat yang akan membebaskan iodin dari iodida, sebuah proses
iodometrik.
Natrium
tiosulfat
Natrium
tiosulfat umumnya dibeli sebagai pentahidrat, Na2S2O3.5H2O,
dan larutan-larutannya distandarisasi terhadap sebuah standar primer.
Larutan-larutan tersebut tidak stabil pada jangka waktu yang lama, sehingga
boraks atau natrium karbonat seringkali ditambahkan sebagai bahan pengawet.
Proses-proses tak
langsung atau iodometrik
Banyak
agen pengoksidasi yang kuat dapat dianalisa dengan menambahkan kalium iodida
berlebih dan mentitrasi iodin yang dibebaskan. Karena banyak agen pengoksidasi
membutuhkan suatu larutan asam untuk bereaksi dengan iodin, natrium tiosulfat
biasanya dipergunakan sebagai titrannya.
Pembuatan
Larutan Iodin
Iodin
hanya larut sedikit dalam air (0,00134 mol/liter pada 25 ˚C) namun larut cukup
banyak dalam larutan-larutan yang mengandung ion iodida. Iodin membentuk
kompleks triiodida dengan iodide,


Dengan
konstanta kesetimbangan sekitar 710 pada 25 ˚C. Suatu kelebihan kalium iodida
ditambahkan untuk meningkatkan kelarutan dan untuk menurunkan keatsirian iodin.
Iodin/Iod
Iodin
murni adalah standar yang paling jelas namun jarang dipergunakan dikarenakan
kesulitannya dalam penanganan dan penimbangan yang lebih sering dipergunakan
adalah standar yang terbuat dari suatu agen pengoksidasi kuat yang akan
membebaskan iodin dari iodida.
Kalium dikromat adalah sebuah agen pengoksidasi yang
cukup kuat, dengan potensial standar dari reaksi


Sebesar
+1,33 V. Bagaimanapun juga kekuatannya tidak sebesar kalium permanganat atau
ion serium (IV). Keuntungan-keuntungannya adalah harga tidak mahal, amat stabil
dalam larutan, dan tersedia dalam bentuk yang cukup murni untuk digunakan
membuat larutan-larutan standar melalui penimbangan langsung (Underwood, 2002).
Pada titrasi iodometri perlu diawasi pHnya, Larutan
harus dijaga supaya pHnya lebih kecil dari 8 karena dalam lingkungan yang
alkalis iodium bereaksi dengan hidroksida membentuk iodide dan hipoyodit dan
selanjutnya terurai menjadi iodida dan iodat yang akan mengoksidasi tiosulfat
menjadi sulfat, sehingga reaksi berjalan tidak kuantitatif. Adanya konsentrasi
asam yang kuat dapat menaikkan oksidasi potensial anion yang mempunyai oksidasi
potensial yang lemah sehingga direduksi sempurna oleh iodida. Dengan pengaturan
pH yang tepat dari larutan maka dapat diatur jalannya reaksi dalam oksidasi
atau reduksi dari senyawa (Syarif, 2012).
Indikator yang digunakan adalah
amilum karena warna biru gelap dari kompleks iodin amilum bertindak sebagai
suatu tes yang amat sensitif untuk iodin. Filtrat yang sudah ditambahkan dengan
larutan iod dititrasi dengan menggunakan natrium tiosulfat sampai titik akhir
terjadi bila mana warna dari iod hilang. Terbentuknya warna biru setelah
pemberian amilum, dikarenakan struktur molekul amilum yang terbentuk spiral,
sehingga akan mengikat molekul iodin maka terbentuklah warna biru (Regina, 2008).
Tembaga murni dapat dipergunakan
sebagai standar primer untuk natrium tiosulfat dan disarankan untuk dipakai
ketika tiosulfatnya akan dipergunakan untuk menentukan tembaga (Underwood,
2002).
Bahan baku primer:
1. I2 murni atau dimurnikan dengan jalan
disublimasi. BE cukup tinggi (126,9). Yod mudah menguap, maka bahan ini harus
ditimbang dalam botol tertutup. Kesulitan penanganan yod membuatnya tidak
praktis sebagai bbp.
2. KIO3 kemurniannya baik, tetapi BE agak
terlalu rendah (35,67).
3. K2Cr2O7 juga mudah
sekali diperoleh dalam keadaan murni,
tetapi juga agak rendah BE nya (49,03). Reaksinya dengan KI lambat,
harus ditunggu beberapa lama sebelum dititrasi.
Sebagai
oksidator lemah, yod tidak dapat bereaksi terlalu sempurna. Karena itu sering
dibuat kondisi yang menggeser kesetimbangan kearah hasil reaksi antara lain
dengan mengatur pH (Harjadi, 1990).
Iodium
adalah zat pengoksidasi lemah, dan ion iodide merupakan zat pereduksi yang
cukup kuat sejak emf sel setengah untuk reaksi,
2I- = I2 + 2e-
adalah-0,54 volt.
Dalam pengembangan kimia analitik beberapa
faktor menyebabkan pemanfaatan awal metode iodium adalah:
(1) Sebuah
indikator sensitif, kanji, sudah lama diketahui
(2) Reagen,
natrium tiosulfat, tersedia untuk titrasi kuantitatif iodium bebas. Karena
kondisi ini sejumlah besar metode analisis telah dikembangkan tentang
kesetimbangan ion iodin-iodida (Pierce, 1976).
Iodin
adalah bahan pengoksidasi yang cukup kuat. Selama oksidasi, iodin tereduksi
seperti berikut ini:


Larutan iodin yang
digunakan dibakukan terhadap natrium tiosulfat. Selain itu, titik akhir
dideteksi dengan menggunakan indikator kanji, yang menghasilkan pewarnaan biru
dengan kelebihan iodin. Titrasi iodometri langsung digunakan pada penetapan
kadar dalam farmakope untuk: asam askorbat, natrium stilbiglukonat, injeksi
dimerkaprol, dan asetarsol.
Titrasi penggantian
iodin
Titrasi ini
melibatkan penggantian iodin dari iodida dengan menggunakan bahan pengoksidasi
yang lebih kuat diikuti dengan titrasi penggantian iodin dengan natrium
tiosulfat. Sebagai contoh, klorin yang terdapat dalam pemutih diperkirakan
sebagai berikut:


Iodin yang
digantikan kemudian dititrasi dengan tiosulfat mengikuti persamaan berikut ini:


Suatu pendekatan
yang berbeda digunakan dalam perkiraan fenol. Bromida dihasilkan dari reaksi
kalium bromida dengan suatu larutan baku kalium bromat dalam volume tertentu
yang mengikuti persamaan berikut ini:

Bromin yang
dihasilkan kemudian direaksikan dengan fenol tersebut, dan 1 mol fenol bereaksi
dengan 3 mol bromin (Watson, 2005).
Aplikasi
proses iodometri
Proses-proses
iodometrik langsung
Substansi-substansi penting yang
cukup kuat sebagai unsur-unsur reduksi untuk dititrasi langsung dengan iodin
adalah tiosulfat, arsenik (III), antimon (III), sulfida, sulfit, timah (II),
dan ferosianida. Kekuatan reduksi yang dimiliki oleh beberapa dari substansi
ini tergantung pada konsentrasi ion hidrogen, dan reaksi dengan iodin baru
dapat dianalisis secara kuantitatif hanya bila kita melakukan penyesuaian pH
yang repot.
Warna dari sebuah larutan iodin 0,1 N
cukup intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya
sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat
pelarut seperti karbon tetraklorida dan kloroform, dan terkadang kondisi ini
dipergunakan dalam mendeteksi titik akhir dari titrasi-titrasi.
Penentuan-penentuan
dengan Iodin (Titrasi langsung)
Beberapa
penentuan yang dapat dilakukan melalui titrasi langsung dengan sebuah larutan
iodin standar. Penentuan antimon serupa dengan penentuan arseni, kecuali bahwa
ion-ion tartrat, C4H4O62-,
ditambahkan kedalam kompleks antimon dan mencegah pengendapan dari garam-garam
seperti SbOCl ketika larutan dinetralkan.
Titrasi dapat dilakukan tanpa indikator dari luar
karena warna I2 yang dititrasi itu akan lenyap bila titik akhir
tercapai, warna itu mula-mula coklat agak tua, menjadi lebih muda, lalu kuning,
kuning muda, dan seterusnya, sampai akhirnya lenyap. Bila diamati dengan cermat
perubahan warna tersebut, maka titik akhir dapat ditentukan dengan cukup jelas
(Liony, 2015).
4.3. Tinjauan Bahan
A.
Aquadest
- rumus molekul : H2O
- bentuk :
cair
- berat molekul : 18,02 g/mol
- densitas : 1,000 g/cm3
- pH : 7
- titik didih : 100 oC
- titik lebur : 0 oC
- warna : tidak
berwarna
B.
Asam klorida 32%
-
rumus molekul :
HCl
-
bentuk :
cair
-
berat molekul : 36,46 g/mol
-
densitas :
1,159 g/cm3
-
pH :
asam
-
titik didih : 108,58 oC
-
titik lebur : 27,32 oC
-
warna :
kuning cerah
C.
Indikator Amilum
- rumus molekul : (C6H10O5)n
- bentuk : padat
- berat molekul : 162,067 g/mol
- densitas : 1,0384 g/cm3
- pH : 5-7
- titik lebur : 256,1-257,8
oC
- warna : putih
D. Kalium Dikromat
- rumus molekul : K2Cr2O7
- bentuk :
padat
- berat molekul : 294,19 g/mol
- densitas : 2,69 g/cm3
- pH : 4
- titik didih : >500 °C
- titik lebur : 398 °C
- warna :
jingga
E.
Kalium Iodida
-
rumus molekul :
KI
-
bentuk :
padat
-
berat molekul :
166 g/mol
-
densitas :
3.23 g/cm3
-
pH :
6,9
-
titik didih :
1325 °C
-
titik lebur : 685 °C
-
warna :
putih
F.
Natrium Tiosulfat
-
rumus molekul :
Na2S2O3
-
bentuk :
padat
-
berat molekul :
248,21 g/mol
-
densitas :
1,74 g/cm3
-
pH :
6-7,5
-
titik didih :
100 °C
-
titik lebur :
48 °C
-
warna :
putih
G. Tembaga Sulfat
-
rumus molekul :
CuSO4.5H2O
- bentuk :
padat
- berat molekul : 249,69 g/mol
-
densitas :
2286 kg/m3
-
pH :
4
-
titik didih :
150 °C
- titik lebur :
110 °C
- warna :
biru
4.4. Alat dan
Bahan
A. Alat yang digunakan: B.
Bahan yang digunakan:
-
Ball pipet - asam
klorida (HCl)
-
batang pengaduk - Aquadest (H2O)
-
Beakerglass - indikator
amilum (C12H20O10)
-
botol Aquadest - kalium
dikromat (K2Cr2O7)
-
buret - kalium
iodida (KI)
-
corong - natrium
tiosulfat (Na2S2O3)
-
Erlenmeyer - tembaga
sulfat (CuSO4.5H2O)
-
gelas arloji
-
labu ukur
-
neraca analitik
-
pipet tetes
-
pipet volume
-
statif dan klem
-
termometer
4.5. Prosedur
Percobaan
A. Preparasi
larutan
-
Membuat larutan natrium tiosulfat 0,2 N sebanyak 250 mL (menggunakan
Aquadest yang sudah dididihkan)
-
Membuat larutan kalium dikromat 0,1 N sebanyak 50 mL
-
Membuat larutan-larutan kalium iodida 0,1 N sebanyak 100 mL
-
Membuat larutan asam klorida 10% sebanyak 100 mL
-
Membuat larutan tembaga sulfat 0,2 N sebanyak 100 mL
-
Membuat larutan amilum 1% sebanyak 100 mL.
B.
Standarisasi larutan natrium tiosulfat dengan larutan kalium dikronat
-
Mempipet 10 mL larutan kalium dikromat dan masukkan kedalam Erlenmeyer
-
Menambahkan 25 mL Aquadest dan
5 mL larutan asam klorida 10% kemudian
kocok sampai homogen
-
Menambahkan 15 mL larutan kalium iodida 0,1 N, kocok lagi sampai homogen
-
Menyimpan larutan ditempat gelap selama 10 menit
-
Mentitrasi dengan natrium tiosulfat yang akan distandarisasi sampai
larutan
kuning muda
-
Menambahkan 3 tetes indikator amilum
-
Melanjutkan titrasi sampai warna biru pada larutan hilang dan sampai
berubah
menjadi tak berwarna
-
Mengulangi prosedur tersebut sebanyak 3 kali.
C.
Menetapkan kadar tembaga dalam garam tembaga sulfat pentahidrat
-
Memipet 10 mL larutan tembaga sulfat 0,2 N ke dalam Erlenmeyer
- Menambahkan
asam klorida 15 mL
-
Menambahkan 15 mL larutan kalium iodida 0,1 N kocok hingga homogen
-
menyimpan larutan ditempat gelap selama 10 menit
-
Menitrasi dengan natrium tiosulfat yang akan distandarisasi sampai warna
larutan kuning muda
- Menambahkan
3 tetes indikator amilum
-
Melanjutkan titrasi sampai warna biru pada larutan hilang dan sampai
larutan
berwarna putih
-
Mengulangi prosedur tersebut sebanyak 3 kali.
4.6. Data
Pengamatan
Tabel 4.6.1. Data pengamatan standarisasi larutan natrium
tiosulfat dengan kalium
dikromat 0,1 N
Keterangan
|
I
|
II
|
III
|
Volume
larutan kalium dikromat yang dititrasi (mL)
|
10 mL
|
10 mL
|
10 mL
|
Volume larutan peniter natrium tiosulfat (mL)
|
4,2 mL
|
4,8 mL
|
4,3 mL
|
Rata-rata (mL)
|
4,43 mL
|
Tabel 4.6.2. Data pengamatan kadar
tembaga dalam tembaga sulfat pentahidrat
Keterangan
|
I
|
II
|
III
|
Volume larutan yang dititrasi (mL)
|
30 mL
|
30 mL
|
30 mL
|
Volume larutan tiosulfat-peniter (mL)
|
4,7 mL
|
4,9 mL
|
4,6 mL
|
Rata-rata (mL)
|
4,73 mL
|
4.7. Persamaan
reaksi
A.
Reaksi KI terhadap Na2S2O3.5H2O


(iodida)
(iod)



(iodida)
(tiosulfat) (air) (iod) (tiosulfit)
(hidrogen)
B.
Reaksi K2Cr2O7 tehadap KI


(dikromat) (hidrogen) (kromium) (air)



(dikromat) (hidrogen)
(iod) (kromium) (air) (iodida)
C.
Reaksi antara CuSO4 dan KI


(tembaga II)
(tembaga I)



(tembaga
II) (iod) (tembaga I)
(iodida)
4.8. Pembahasan
A.
Preparasi larutan
- Menimbang
natrium tiosulfat 12,4 gram, larutkan sedikit masukkan ke Beakerglass kemudian aduk sampai larut menggunakan Aquadest yang sudah didihkan suhu Aquadest antara 70 oC-80 oC
pindahkan ke dalam labu ukur 250 mL dapat dilihat bahwa warna larutan jernih. Natrium tiosulfat dibuat dengan campuran air mendidih
karena adanya dekomposisi asam bebas di dalam air dan juga untuk membuat
natrium tiosulfat ini stabil.
- Menimbang
kalium dikromat 0,245 gram, penimbangan dilakukan di tempat yang gelap karena
sifat dari kalium dikromat peka terhadap cahaya kemudian tambahkan Aquadest sampai zat larut pindahkan ke
labu ukur 50 mL sampai tanda batas dapat diamati bahwa warna dari larutan orange.
- Menimbang
1,66 gram kalium iodida penimbangan dilakukan di tempat yang gelap karena sifat
dari kalium iodida yang peka terhadap cahaya karena jika dilakukan pada tempat
bercahaya atau ruangan terbuka maka akan terjadi oksidasi iodida oleh udara,
kemudian tambahkan Aquadest secukupnya
pindahkan ke labu ukur 100 mL sampai tanda batas dapat diamati bahwa warna
larutan jernih
-
Mempipet 31,25 mL asam
klorida 32%, larutkan dengan Aquadest dalam labu ukur 100 mL,
pengenceran dilakukan di dalam lemari asam mengingat asam klorida bersifat
korosif
-
Menimbang 4,98 gram
tembaga sulfat, larutkan dalam labu ukur 100 mL dapat diamati bahwa warna
larutan biru.
B.
Standarisasi larutan
natrium tiosulfat dengan larutan kalium dikromat
Larutan kalium dikromat adalah larutan standar primer
yang telah di ketahui konsetrasinya, kemudian pipet 10 mL kalium dikromat dan
masukkan ke dalam Erlemenyer setelah
itu tambahkan 25 mL Aquadest dan 5 mL
larutan asam klorida 10 % kemudian kocok sampai homogen, kemudian tambahkan 25
mL larutan kalium iodida 0,1 N, kocok lagi sampai homogen perlakukan pada
tempat gelap mengingat sifat masing-masing zat yang peka terhadap cahaya,
simpan larutan di tempat gelap selama 10 menit, setelah 10 menit dapat terlihat
larutan berwarna coklat gelap, kemudian titrasi dengan natrium tiosulfat yang
akan distandarisasi sampai larutan berwarna kuning muda, setelah itu kita
tambahkan 3 tetes indikator amilum yang bertujuan untuk memberikan warna biru
pada larutan yang akan dititrasi lanjutkan sampai warna menjadi warna biru
bening, ulangi prosedur tersebut sampai 3 kali, jadi rata-rata volume dari 3
larutan adalah 4,43 mL. Sedangkan kadar natrium tiosulfat dalam larutan kalium
dikromat adalah 0,2257
N.
C.
Menetapkan kadar
tembaga dalam tembaga sulfat
Pertama kita memipet 10 mL larutan tembaga sulfat 0,2
N ke dalam Erlenmeyer kemudian
tambahkan asam klodrida 15 mL, setelah itu tambahkan 15 mL larutan kalium iodida
0,1 N kocok sampai homogen, setelah itu simpan larutan di tempat gelap selama
10 menit sehingga dapat di amati warna larutan coklat gelap tujuan di simpan di
tempat gelap agar zat tidak teroksidasi dengan udara atau cahaya sehingga dapat
merubah konsentrasi larutan, kemudian tireasi dengan natriun tiosulfat yang
akan distandarisasi sampai larutan berubah menjadi kuning muda. Kemudian,
tambahkan 3 tetes indikator amilum, indikator ini di gunkan untuk mendeteksi
adanya perubahan pada titik ekivalen pada saat titrasi, kemudian titrasi lagi
sampai warna larutan berubah menjadi putih seperti susu, ulangi prosedur
tersebut sebanyak 3 kali, sehingga didapatkan volume pada masing-masing
percobaan yakni 4,7 mL, 4,9 mL dan 4,6 mL dengan rata-rata untuk 3 kali
percobaan adalah 4,73 mL. Sedangkah kadar Cu dalam CuSo4 . 5H2O
sebesar 139,745 %.
4.9. Kesimpulan
- Dapat membuat larutan standar iodometri berdasarkan
kemurnianya yaitu natrium tiosulfat 0,2 N dan kalium dikromat 0,1 N.
- Hasil standarisasi larutan natrium tiosulfat dengan
larutan kalium dikromat sebesar 0,2257 N dengan volume natrium dalam standarisasi sebesar 4,43 mL.
-
Pada penetapan kadar Cu dalam CuSO4 di butuhkan
natrium sebesar 4,73 mL dan kadar Cu yang di dapat
sebesar 139,745 %.
DAFTAR
PUSTAKA
Day, R, A, Underwood, A, L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta.
Hamdani, Syarif. 2012. Panduan Praktikum Kimia Analisa. Bandung.
Harjadi. 1990. Ilmu
Kimia Analitik Dasar. Jakarta.
Pierce, Haenisch, Sawyer. 1958. Quantitative Analysis. United States of America.
Watson, G, David. 2005. Analisis Farmasi. Jakarta.
Regina, Padmaningrum, Tutik. 2008. Titrasi Iodometri. Yogyakarta. (ISSN 2128-3321)
Wihardika, Liony. 2015. Pengaruh Lama Pendidihan Terhadap Kadar KIO3 Pada Garam
Beryodium Merk “X”. Malang. (Vol.2 No.2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar