BAB
III
KOEFISIEN DISTRIBUSI
3.1.
Tujuan
Percobaan
- Menentukan
koefisien distribusi
3.2.
Tinjauan
Pustaka
Koefisien
distribusi merupakan suatu zat terlarut yang memisahkan antara dua cairan yang
tidak dapat bercampur, terdapat hubungan antara kosentrasi zat terlarut dari
dua fase pada kesetimbangan (Underwood, 2002).
|
Pada
keadaan setimbang terdapat koefisien partisi atau koefisien distribusi k yang
didefinisikan sebagai rasio konsentrasi atom terlarut dalam padatan terhadap
atom yang terlarut dalam lelehan.
Koefisien
partisi atau koefisien distribusi, K adalah x’/x. Bila larutan encer maka
fraksi mol sebanding dengan molaritas maupun molalitas sehingga K = m’/m atau
c’/c.
Pengaruh kompleks
dalam proses ekstraksi
Dalam
proses ekstraksi, pembentukan kompleks tidak bermuatan adalah tahapan yang
sangat penting. Apabila kompleks memiliki muatan, maka senyawa tersebut tidak
dapat terdistribusi ke fase organik sehingga tidak dapat terekstrak. Perlakuan
ekstraksi dengan variasi pH dilakukan untuk mengetahui pengaruh pH terhadap
terjadinya pembentukan kompleks karena salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap pembentukkan kompleks adalah kondisi pH selain dipengaruhi oleh muatan
logam dan ligan (Titin, 2016).
Penentuan koefisien
distribusi pada kondisi optimum
Koefisien distribusi (Kd) dilakukan
untuk mengetahui perbandingan antara koefisien larutan satu dengan larutan
lainnya. Oleh karena itu, diharapkan koefisien larutan awal lebih besar dari
koefisien larutan berikutnya.
Variasi waktu
pengocokan ekstraksi
Dengan
meningkatnya waktu ekstraksi Re yang terekstraksi ke dalam fase organik semakin
besar. Kenaikan ini akan mencapai maksimum apabila waktu kesetimbangannya
tercapai, yaitu bila konsentrasi Re yang terdistribusi dari fase air ke fase
organik sama dengan konsentrasi Re yang terdistribusi dari fase organik dan
fase air. Namun, pada wolfram, tidak terjadi distribusi yang signifikan
terhadap waktu pengocokan dan masih banyak yang tertinggal pada fase air
(Riftanio, 2015).
Faktor yang
mempengaruhi koefisien distribusi
Faktor yang
mempengaruhi distribusi adalah temperatur. Jika temperatur naik akan menurunkan
koefisen distribusi (K) karena menaikkan suhu akan mengeluarkan kelarutan gas pada
cairan. Jika K menurun maka akan menurun waktu dan volume retensi. Pengaruh
bergantung pada keadaan/sifat zat terlarut, fase cair, dan temperatur
(Underwood, 1999).
Ekstraksi cair-cair
(ekstraksi pelarut)
Merupakan
proses pemisahan yang berdasar pada fenomena distribusi dua larutan yang tidak
bercampur. Prinsip dasar yang digunakan adalah perbedaan kelarutan dan
perbedaan pemisahan (Aloisia, 2017).
Kondisi
zat terlarut dalam keadaan setimbang
Pada
keadaan setimbang terdapat koefisien partisi atau koefisien distribusi yang
didefinisikan sebagai rasio konsentrasi atom terlarut, untuk laju pertumbuhan
antara cair yang setimbang dalam keadaan tetap akan dicapai dimana zat terlarut
akan berkurang dan dan konsentrasinya dalam cairan juga akan berkurang secara
eksponensial hingga mencapai komposisi curah (Smallman, 2000).
Pelaksanaan
ekstraksi
Analit-analit yang mudah
terekstraksi dalam pelarut organik adalah molekul-molekul netral yang dapat
berinteraksi dengan pelarut yang bersifat non polar atau agak polar. Sedangkan
senyawa-senyawa yang polar dan juga senyawa-senyawa yang mudah mengalami
ionisasi akan tertahan pada fasa air (Aloisia, 2017).
Hukum distribusi
nerst
Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh
distribusi nerst yang menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang konstan,
senyawa-senyawa akan terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua
pelarut yang tidak saling campur.
Metode-metode
ekstraksi
Dalam ekstraksi pelarut atau
ekstraksi cair-cair terdapat beberapa metode ekstraksi yaitu ekstraksi tunggal
dan ekstraksi berulang (kontinyu)
- Ekstraksi
tunggal
Ekstraksi tunggal merupakan metode
yang paling sederhana. Dalam ekstraksi ini analit terekstrak dari fasa air ke
fasa organik. Ekstraksi ini dilakukan dengan cara menambahkan pelarut pengekstraksi
yang tidak bercampur dengan pelarut semula (pelarut yang mengandung analit) dan
dikocok sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi analit diantara kedua fasa.
- Ekstraksi
berulang (kontinyu)
Ekstraksi berulang sama dengan
ekstraksi tunggal namun dalam metode ini, proses ekstraksi dilakukan secara
berulang-ulang dengan volume tertentu pelarut. Tujuan dilakukan ekstraksi
berulang adalah untuk memperbesar persentase ekstraksi dengan volume pelarut yang sama. Ekstraksi
berulang dapat meningkatkan efisiensi ekstraksi (%E lebih besar) bila
dibandingkan dengan cara ekstraksi tunggal.
Prinsip ekstraksi
asam-basa lemah
Pada sistem ekstraksi asam-basa
lemah berbagai jenis kesetimbangan dapat terjadi baik didalam fasa air maupun
didalam fasa organik (Aloisia, 2017).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar