BAB IV
TEKNIK BIAKAN MURNI
4.1
Tujuan
Percobaan
˗
Untuk mendapatkan mikroorganisme yang berasal dari
udara, air tanah dan telapak tangan
˗
Untuk mendapatkan kultur murni dari suspensi campuran.
4.2
Tinjauan Pustaka
Tanah merupakan media yang baik tempat
tumbuh dan berkembangnya beraneka ragam mikroorganisme. Walaupun ditanah keras
yang keras dan kering, mikroba bersifat dorman, yang akan tumbuh ketika ada kelembapan.
Usaha untuk mengeksplorasi spesies baru mikroba dilakukan dengan penerapan
teknik baru perlu dilakukan untuk meneliti meliputi kultivasi, isolasi, mikroba
yang tidak dapat dikultivasi menggunakan teknik media konvensional untuk
mengeksplorasi fungsi-fungsi baru mikroba tersebut termasuk metabolit sekunder atau
antibiotika yang dikeluarkannya (Almunady, 2011).
Secara alami, mikrooganisme dialam
ditemukan dalam populasi campuran. Hanya dalam keadaan tertentu saja populasi
ini ditemukan dalam keadaan murni. Untuk dapat mempelajari sifat biakan,
morfologi, dan sifat aslinya, maka mikroorganisme yang akan diteliti harus
dapat dipisahkan, hal ini berarti bahwa harus diperoleh biakan murni yang hanya
mengandung satu macam mikroorganisme. Untuk memperoleh biakan murni dapat
dilakukan pengenceran dengan menggunakan bahan cair atau padat. Bahan padat
yang ditemukan adalah agar yang
merupakan polisakarida dari rumput laut. Agar dapat mencair pada suhu 100 oC,
sedangkan pada suhu 44 oC masih dalam bentuk cair. Suhu ini masih
memungkinkan mikroorganisme dapat tumbuh, sehingga prinsip ini dipakai untuk
mengisolasi bakteri dengan agar tuang. Pada umumnya miroorganisme tidak dapat
mencerna atau mencairkan agar.
Isolasi mikroba adalah memisahkan mikroba
satu dengan mikroba lain yang berasal dari campuran berbagai mikroba. Mengisolasi
mikroba dengan cara menumbuhkan (menanam) dalam medium padat. Hal ini karena
dalam medium padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni yang tetap pada
tempatnya. Sel mikroba yang tertangkap pada medium padat pada beberapa tempat
yang terpisah, maka sel atau kumpulan mikroba yang hidup akan berkembang
menjadi suatu koloni yang terpisah (waluyo, 2008).
Biakan murni merupakan teknik yang digunakan
untuk menumbuhkan mikroorganisme pada media agar memungkinkannya tumbuh dengan
agak berjauhan dari sesamanya, juga memungkinkan setiap selnya berhimpun
membentuk koloni.
Teknik biakan murni, Penelitian yang layak
mengenai mikroorganisme dalam berbagai habitat ini memerlukan teknik untuk
memisahkan populasi campuran yang rumit ini, atau biakan campuran, menjadi
spesies-spesies yang berbeda-beda sebagai biakan murni. Biakan murni terdiri
dari suatu populasi sel yang semuanya berasal dari satu sel induk. (Pelczar,
2008).
4.2.1. Karakteristik
mikroba
a.
Aspergillus niger
dikenal karena perannya sebagai produsen
asam sitrat. Asam sitrat yang diproduksi jamur Aspergillus niger berfungsi untuk fermentasi. Organisme ini hidup
pada sebuah saprobe tanah dengan beragam enzim hidrolitik dan oksidatif yang
terlibat dalam pemecahan lignoselulosa tanaman, aspergillus niger dapat hidup biasanya pada suhu 35-37 oC
dan interval pH 2,0-8,5, walaupun biasanya jamur lebih suka hidup pada kondisi
asam (Fadhila, 2013).
Gambar 4.1 Aspergillus Niger (Lisa M, dkk, 2015).
a. Bacillus
Sirculan.
Bakteri ini termasuk bakteri gram
positif, katalase positif yang umum ditemukan di tanah. Bacillus Sirculan mempunyai
kemampuan untuk membentuk endospora yang protektif yang memberi kemampuan bakteri
tersebut mentolerir keadaan yang ekstrim. Bacillus Sirculan selnya
berbentuk basil, ada yang tebal dan ada yang tipis. Biasanya berbentuk rantai
atau terpisah, seperti halnya jamur jamur pada umumnya bacillus sirculan
memiliki suhu optimum 25-30 oC dengan interval pH yang luas pH
2,0-8,5. Walaupun biasanya jamur lebih suka hidup dalam kondisi asam.
(Alebouyeh M, 2011).
Gambar 4.2. Bacillus
Sirculan (Na Logan, 1984).
Beberapa langkah pada pekerjaan inokulasi dan isolasi
mikroba adalah:
a.
Menyiapkan ruangan
Ruang tempat inokulasi harus bersih, dan bebas angina.
Dinding ruang yang basah menyebabkan butir – butir debu menempel. Pada waktu
mengadakan inokulasi, baik sekali bila meja tempat inokulasi didasari dengan
kain basah. Oekerjaan inokulasi dapat dilakukan didalam suatu kotak berkaca
(ent-kas). Di laboratorium untuk membuat vaksin, serum, dan lain sebagainya,
udara yang masuk kedalam ruangan dilewatkan saringan yang disinari dengan sinar
ultra ungu.
b.
Pemindahan dengan kawat inokulasi
Ujung kawat inokulasi sebaiknya dari platina atau dari
nikrom; ujung kawat boleh lurus, boleh juga berupa kolongan yang berdiameter
1-3 mm. lebih dahulu ujung kawat dipijarkan, sedang sisanya sampai tangkai
cukup dilewatkan nyala api saja. Setelah dingin kembali, ujung kawat itu
disentuhkan koloni. Mulut tabung tempat piaraan itu dipanasi juga setelah
sumbatnya diambil. Setelah pengambilan inoculum selesai, mulut tabung dipanasi
lagi kemudian disumbat seperti semula. Ujung kawat yang membawakan inoculum
tersebut digesekkan pada medium baru atau pada suatu kaca benda, kalau
tujuannya untuk embuat suatu sendian.
c.
Pemindahan dengan pipet
Cara ini dilakukan misalnya pada penyelidikan air minum
atau penyelidikan susu. Untuk diambil 1 mL contoh (sampel) untuk diencerkan
dengan 99 mL air murni yang disterilkan. Dalam pengenceran ini tergantung
keadaan air atau susu yang diselidiki. Kemudian diambil 1 mL dari pengenceran
ini untuk dicampur adukkan dengan medium agar-agar yang masih dalam keadaan
cair. Lalu agar-agar yang masih encer dituangkan dalam cawan petri. Setelah
agar membeku, maka cawan petri yang berisi piaraan baru itu disimpan ditempat
yang aman, misalnya didalam incubator. Penyimpanan cawan dilakukan secara
terbalik, yakni permukaan air medium menghadap kebawah; hal ini untuk
mwnghindari tetes air yang kemungkinan menempel di dinding dalam tutup cawan.
d.
Inokulasi
Inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium
lama ke medium yang baru. Terlebih dahulu harus diusahakan agar semua alat yang
ada sangkut paut dengan medium dan pekerjaan inokulasi itu benar-benar steril;
ini untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya miroorganisme yang tidak kita
inginkan (dwidjisputro, 2005).
Dalam
teknik biakan murni tidak saja diperlukan bagaimana memperoleh suatu biakan
murni, tetapi juga bagaimana memelihara serta mencegah pencemaran dari luar.
Teknik biakan murni untuk suatu spesies dikenal dengan
beberapa cara, yaitu:
1.
Cara Pengenceran
Caranya adalah dengan mengerncerkan suatu suspense yang
berupa campuran bermacam-macam spesies kemudian diencerkan dalam suatu tabung
tersendiri, kemudian diambil 1 mL untuk diencerkan lagi. Kemudian diambil lagi
yang kedua sebanyak 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut. Langkah selanjutnya
adalah dari pengenceran ketiga diatas, diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada
suatu medium padat, kemungkinan besar kita akan mendapatkan beberapa koloni
tumbuh dalam media tersebut.
2.
Cara Penuangan
Robert Koch
(1843-1905) mempunyai metode yang lain, yaitu dengan mengambil sedikit sampel
campuran bakteri yang sudah diencerkan, dan sampel ini kemudian disebarkan di
dalam suatu medium dari kaldu dan gelatin encer. Setelah medium itu mengental,
maka selang beberapa jam kemudian nampaklah koloni-koloni yang masing-masing
dapat dianggap murni
3.
Cara Penggesekan/Pengoresan
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam melakukan goresan, yaitu :
a.
Gunakan ose
yang telah dingin untuk menggoreskan permukaan lempengan agar. Ose yang panas
akan mematikan mikroba
b.
Sewaktu
menggores, ose dibiarkan meluncur di atas permukaan lempeng
c.
Ose
dipijarkan setelah menggores suatu daerah. Hal ini untuk mematikan mikroba dan
mencegah pencemaran
d.
Menutup
cawan petri untuk menghindari pencemaran
e.
Membalikkan
lempeng untuk mencegah air kondensasi jatuh ke permukaan
Ada beberapa teknik
penggesekan, yakni:
a.
Goresan T
- Lempengan dibagi menjadi tiga bagian
dengan huruf T pada bagian luar dasar cawan petri
- Inoklasi daerah I sebanyak mungkin dengan
gerakan sinambung
- Panaskan ose dan biarkan dingin kembali
- Gores ulang daerah I sebanyak 3-4 kali dan
teruskan goresan di daerah II
- Pijarkan kembali ose dan biarkan dingin
kembali
- Prosedur di atas diulangi untuk daerah III
Gambar 4.3. Goresan T.
a.
Goresan Kuadran
Teknik ini sama dengan goresan T, hanya
lempengan agar dibagi menjadi 4
Gambar
4.4. Goresan kuadran
a.
Goresan Radian
- Goresan dimulai dan bagian pinggir
lempengan
- Pijarkan sengkelit dan dinginkan kembali
- Putar lempengan agar 90o dan
buat goresan terputus dimulai dari bagian pinggir lempengan
- Putar lempengan agar 90o dan
buat goresan terputus di atas goresan sebelumnya
- Pijarkan ose
Gambar 4.5. Goresan radian
a.
Goresan Sinambung
-
Ambil satu
mata ose suspensi dan goreskan setengah permukaan lempengan agar
-
Jangan
pijarkan ose, putar lempengan 180o, gunakan sisi mata ose yang sama
dan gores pada sisa permukaan lempengan agar
Gambar
4.6. Goresan sinambung.
1.
Cara Penyebaran (Agar sebar)
Caranya
dengan memipet sebanyak 0,1 mL cairan dari botol pengencer dan biarkan cairan
mengalir di atas permukaan agar. Cairan sampel disebarkan dengan penyebar yang
terbuat dari gelkas. Penyebar didinginkan dahulu sebelum digunakan untuk
menyebar cairan sampel pada permukaan agar. Penyebarannya dilakukan dengan
memutar agar lempengan tersebut.
2.
Cara Pengucilan Satu Sel (single cell isolation)
Cara
ini dengan menggunakan suau alat yang dapat memungut satu bakteri dari sekian
banyak bakteri, dengan tanpa ikutnya bakteri yang lain. Caranya dengan membuat
beberapa tetesan bergantung pada suatu kaca penutup dengan menggunakan
mikropipet. Pekerjaan ini dilakukan di bawah mikroskop.
3.
Cara Inokulasi pada Hewan
Metode
ini didasarkan pada kenyataan bahwa tidak semua bakteri dapat tumbuh di dalam
tubuh seekor hewan (Waluyo, 2010).
Ada berbagai macam cara
mengisolasi mikroba. Adapun yang perlu diperhatikan dalam mengisolasi mikroba,
yakni:
-
Sifat spesies mikroba yang akan diisolasi.
-
Tempat hidup atau asal mikroba.
-
Medium untuk pertumbuhan yang sesuai.
-
Cara menanam mikroba.
-
Cara inkubasi mikroba.
-
Cara menguji bahwa mikroba yang diisolasi telah berupa
biakan murni dan sesuai dengan yang dimaksud.
-
Cara memelihara agar mikroba yang telah diisolasi tetap
merupakan biakan murni.
Ada beberapa cara untuk
mengawetkan biakan murni agar dapat mempertahankan sifat-sifat aslinya:
- Liofilisasi
Caranya
mikroba ditanam dalam medium glukosa pepton dalam ampul-ampul. Selanjutnya
didinginkan dengan dry ice pada
temparatur 0 oC, tekanan di dalam ampul diatur sekurang-kurangnya
0,01 mmHg, lama pengeringan 12-24
jam. Setelah pengeringan ujung ampul ditutup dengan pemijaran.
- Pengeringan perlahan
Caranya
pengawetan mikroba dengan cara ini dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menutup tabung biakan dengan kapas yang
telah direndam dalam parafin
b. Menutup tabung biakan dengan kertas
parafin, plastik, atau sumbat karet
c. Menutup tabung biakan dengan pemijaran
seperti halnya menutup ampul
d. Menutup permukaan biakan dengan minyak
paraffin
4.2.1. Fase pertumbuhan
Mikrooganisme dapat tumbuh dan berkembang
biak dengan cepat saat keadaan optimal. Pertumbuhan mikroorganisme dapat dibagi
dalam beberapa fase, yaitu;
a.
fase adaptasi (lag
phase) di fase ini mikroba mulai berkembang, pada fase ini perubahan bentuk
dan pertumbuhn jumlh individu tak secara nyata terlihat karena fase ini dapat
juga disebut sebagai fase adaptasi
b.
fase pertumbuhan (log
phase) di fase ini mikroba mulai tumbuh menjadi koloni, pada fase ini
mikroba mengadakan perubahan bentuk dan meningkatkan jumah sel sehingga apabila
dilihat dari kurva akan tampak meningkat.
c.
fase stasioner (stationery
phase) di fase ini mikroba mengalami pengurangan sumber nutrient. Suber
mikroba yang ada untuk mikrobia mengalami kehabisan atau tidak ada yang
menambahi sehingga mikrobia tidak bias melakukan pertumbuhan namun juga tidak
secara langsugmengalami kematian.
d.
fase kematian (death
phase) di fase ini pertumbuhan mikroba akhir dari suatu jumlah individu
yang kembali ke titik awal, ini disebabkan mikroba sudah tidak mampu hidup
stasioner lagi.(sartono, 2014)
Karekterisasi mikroba. Untuk melakukan
karakterisasi mikroba yang meliputi pengamatan tampilan koloni, sigat gram dan
morfologi mikroba, maka setiap bentuk koloni yang berbeda dari biakan dalam
media diamati sifat koloninya. Selanjutnya dilakukan pewarnaan untuk mengetahui
sifat mikroba dan morfologi mikroba dengan pengamatan menggunakan mikroskop
(komarwidjaja, 2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar