Kamis, 08 Maret 2018

POTENSIOMETRI



BAB VI
POTENSIOMETRI
6.1.       Tujuan Percobaan
-       Menentukan titik akhir reaksi netralisasi secara potensiometri dan dengan indikator.
-       Membuat kurva reaksi titrasi netralisasi secara potensiometri.
6.2.       Tinjauan Pustaka
Potensimetri adalah salah satu metode analisis yang paling sering digunakan. Potensiometri adalah sebuah metode pengukuran perbedaan potensial antara dua elektroda yang diukur ketika arus listrik antara dua elektroda berada bernilai sedikit dibawah nilai nol. Pada kondisi potensiometri paling ideal, potensi yang ditimbulkan elektroda bermacam-macam tergantung bergantung pada konsentrasi analit sedangkan potensial meningkat taip detiknya sejak elektroda dalam kondisi konstan (Wilson, 2006).
Titrasi potensiometri bisa didefinisikan sebagai tirasi yang titik akhirnya dideteksi dengan cara mengukur perubahan potensal dari elektroda yang sesuai (yang memeberikan respon karena adanya perubahan konsentrasi) selama titrasi. Eletroda yang merespon perubahan konsentrasi ion pada larutan disebut elektroda indikator. Elektroda indikator dikombinasikan dengan elektroda referensi (yang potensialnya tidak berubah ketika proses titrasi berlangsung) untuk membentuk sebuah sel dan e.m.f. dari sel yang terbentuk kemudian diukur selama titrasi. e.m.f. sel berubah secara berangsur-angsur. Hingga titik akhir titrasi dan berubah dengan cepat pada titik yang sangat dekat dengan titik akhir titrasi dan perubahan secara berangsur-angsur lagi-lagi terjadi setelah melewati titik akhir. Ketika e.m.f., E direncanakan sebagai ordinat dan volume dari titran yang ditambahkan sebagai absis, nilai dari inflaksi (jarak rata-rata ke titik sadel) (Gadag, 2006).
Pada potensiometri, informasi mengenai komposisi dari sampel didapatkan melalui munculnya perbedaan potensial yang terjadi antara dua elektroda. Potensiometri adalah sebuah metode analisis klasik yang ada sebelum abad ke-20. Pemilihan elektroda potensiometri yang saat ini digunakan secara meluas diberbagai bidang, termasuk diagnosa klinis, kontrol proses industri, pengawasan lingkungan hidup, serta fisologi. Sebagai contoh, metode ini digunakan di seluruh rumah sakit di seluruh dunia untuk mengakses berbagai elektrolit darah yang penting secara fisiologis (K+, Na+, Ca2+, Mg2+, H+, Cl-) yang sesuai dengan jenis berbagai masalah kesehatan. Kecepatan perkembagan metode potensimetri pada bidang ini adalah karena kebutuhan akan derajat perhitungan potensiometris yang bertemu dengan kebutuhan akan analisis kimia secara cepat, murah, dan akurat. Prinsip utama perhitungan potensiometrik didasarkan pada Ion-Selective Electrodes (ISEs) (Wang, 2006).
pH meter adalah instrumen yang sangat sensitif yang digunakan untuk mengukur konsentrasi ion hidrogen (pH) sebuah larutan. Pada dasarnya, pH meter digunakan pada preparasi dan mengontrol kualitas reagen. Pengukuran pH juga merujuk pada analisis potensiometrik. pH yang didapatkan dari pengukuran berbeda-beda berdasarkan pada pH dari kedua larutan (Ochei, 2008).
Salah satu alat yang sering digunakan di laboratorium adalah pHmeter. pH meter modern dilengkapi denan instruksi pabrik untuk mengkalibrasi dan menggunakan. Instruksi ini harus diikuti sebagaimana yang tertulis.
Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu pengukuran yang paling banyak digunakan di laboratorium. Pengukuran pH banyak diterapkan di berbagai bidang, diantaranya industri, kesehatan, pengolahan limbah, bioteknologi dan di dalam pengendalian berbagai proses industri. Pengukuran pH yang digunakan untuk tujuan tersebut harus valid, terutama untuk produk yang terkait dengan kesehatan manusia, seperti obat-obatan, makanan, minuman dan pembuangan limbah industri. Hasil pengukuran pH yang valid dapat diperoleh apabila pH meter telah dikalibrasi menggunakan bahan acuan tersertifikasi, bahan acuan tersertifikasi adalah suatu bahan acuan yang telah dikarakterisasi satu atau lebih sifatnya dengan suatu prosedur yang valid secara metrologi, disertai dengan suatu sertifikat yang memberikan nilai dan ketidakpastian bagi sifat tersebut serta pernyataan ketertelusurannya. Dengan demikian, CRM bertanggung jawab atas ketertelusuran pengukuran. Terdapat ratusan laboratorium yang memiliki pH meter di Indonesia, baik laboratorium penguji, laboratorium pendidikan (universitas dan sekolah menengah) maupun laboratorium industri. Seluruh laboratorium tersebut memerlukan larutan standar pH untuk keperluan kalibrasinya (Nuryatini, 2016).
Terdapat beberapa jenis elektroda yang digunakan sebagai indikator, antar lain:
1.    Elektroda ion logam-logam
Elektroda jenis pertama terdiri dari elektroda logam meliputi elektroda perak, raksa, tembaga, kadmium, seng, dan timah hitam yang bisa bertindak sebagai elektroda bagi ion-ion mereka. Misalnya potensial elektroda tunggal untuk sepotong kawat perak yang dicelupkan ke dalam suatu larutan garam perak berubah-ubah menurut besarnya aktivitas ion perak sesuai dengan persamaan Nernst:
      Ag+   +   e                      Ag        Eo = +0,80 V..............(6.1)
                             E = +0,80 –0,0592 log .....................(6.2)
Elektroda logam jenis kedua adalah elektroda perak-perak klorida yang bekerja sebagai elektroda referensi. Sedangakan elektroda logam jenis ketiga yang digunakan sebagai indikator dalam titrasi-titrasi EDTA potensiometrik dari 29 ion logam termasuk logam alkali dan tanah serta logam transisi dan logam berat.
2.    Elektroda Inert
Sebuah elektroda Inert, biasanya platina , juga bekerja dengan baik sebagai elektroda indikator untuk beberapa pasangan redoks. Fungsi logamnya semata-mata untuk membangkitkan kecenderungan sistem tersebut dalam mengambil atau melepaskan elektron; logam itu sendiri tidak ikut serta secara nyata dalam reaksi redoks.
3.    Elektroda membran
Dilihat dari segi mekanisme terbentuknya potensial, elektroda membran pada dasarnya berbeda dengan elektroda logam. Elektroda-elektroda itu tidak langsung terlibat; alih-alih, membran-membran tersebut berfungsi melalui jenis dari penetrasi diferensial ion-ion (Underwood, 2002).
Dasar dari pH analisis ini adalah perubahan perbedaan potensial melalui lapisan transparan tipis yang membatasi dua larutan dengan pH yang berbeda. Perbedaan potensial ini dideteksi oleh dua elektroda referensi yang berkontak dengan tegangan kontak yang dikenali. Kedua elektroda referensi ditempatkan di kedua sisi membran.
Persamaan Nernst digunakan untuk memperhitungkan efek dari aktivitas yang berbeda pada potensial elektroda (Manahan, 2000).
Jika larutan buffer pada bagian dalam elektroda mempunyai pH=7, maka tidak ada tegangan yang terbaca, bila elektroda tersebut digunakan untuk mengukur larutan dengan pH 7,0, maka:
            E = 0,145 – 0,0591 log (H+) = 0,145 – 0,0591 pH..................(6.3)
Eg = Esel – 0,0591 pH..........................................................................................(6.4)
Eg = 0 – (0,0591) (7) = - 0,4137 V.....................................................................(6.5)
(Khopkar 2010)
Dalam titrasi yang terjadi tidak secara otomatis, potensial diukur setelah penambahan tiap tetes berurutan  dari titran, dan pembacan yang diperoleh dialurkan lawan volume titran pada kertas grafik, untuk memperoleh kurva titrasi seperti yang dipaparkan pada gam ba 6.1.(a). Dalam bayak hal dapat digunakan suatu potensiometer sederhana. Tetapi jika digunakan elektroda kaca seperti dalam kebanyakan titrasi asam basa, diperlukan peranti ukur dengan impedansi masukan yang tinggi; secara khas orang menggunakan pH-meter komersial. Karena pH-meter ini telah biasa digunakan, alat ini digunakan secara meluas untuk semua jenis titrasi, bahkan dalam hal-hal penggunaanya tak diwajibkan.
 
Gambar 6.1. Kurva titrasi potensiometri
Jika kurva titrasi sudah didapatkan, maka unsur subjektif akan masuk ke dalam prosedur itu. Analis harus menetapkan di bagian mana kurva itu paling curam, umumnya dengan memilihnya. Mungkin ia menarik garis vertikal lewat bagian kurva yang curam dan mencari titik potong ini dengan sumbu volume. Pasti ada suatu ketidakpastian dalam prosedur ini, dan tentu saja ini akan tercermin dalam pembacaan volume yang mutakhir. Untuk suatu reaksi yang memang berlangsung lengkap, kurva titrasi itu begitu curam di dekat titik kesetaraan sehingga ketidaktentuan itu kecil saja; untuk suatu reaksi yang tetapan kesetimbangannya kecil, kecermatan mereproduksi titik akhir akan menjadi jelek.
Gambar 6.1.(b) menunjukkan suatu alur arah lereng suatu kurva titrasi, yakni berubahnya volume ( ) lawan volume titran. Kurva yang diperoleh meningkat ke maksimum pada titik kesetaraan. Volume pada titik kesetaraan ditetapkan dengan menarik garis vertikal dari puncak ke sumbu volume. Tentu masih ada suatu ketidakpastian dalam mencari letak yang eksak puncak kurva tersebut. Makin dapat lengkap reaksi itu, makin tajam puncak itu, dan makin akurat lokasi titik kesetaraannya.
Gambar 6.1.(c) mennujukkan suatu alur dari perubahan arah lereng suatu kurva titrasi lawan volume titran. Pada titik dimana arah lereng mencapai maksimum turunan arah lereng itu adalah nol. Titik akhir dicari letaknya dengan menarik garis vertikal saat  adalah nol ke sumbu volume. Bagian dari kurva yang menghubungkan nilai maksimum dan minimum makin curam dengan makin dapat lengkapnya reaksi titran itu (Underwood, 1986).
Kelebihan metode potensiometri adalah biayanya yang murah. Voltmeter dan elektroda jauh lebih murah daripada instrumen-instrumen saintifik modern lainnya. Potensiometri umumnya bersifat nondestruktif terhadap sampel dalam artian bahwa penyisipan elektroda tidak mengubah komposisi larutan uji (kecuali untuk sedikit kebocoran elektrolit dari elektroda acuan). Jika spesies yang direspon oleh elektroda indikator berpartisipasi dalam kesetimbangan larutan, maka aktivitasnya diukur ketika ia hadir tanpa mengganggu kesetimbangan itu sndiri; dengan demikian potensiometri langsung seringkali sanagat bermanfaat untuk menetapkan tetapan kesetimbangan. Potensial-potensial yang stabil sering diperoleh dengan cukup cepat dan tegangan mudah dicatat sebagai fungsi waktu. Dengan demikian potensiometri kadang-kadang bermanfaat untuk pemantauan yang kontinu dan tidak diawasi seperti sampel-sampel seperti sumber air uum, aliran proses industri, limbah cair yang mengalir untuk  pH dan ion-ion lain seperti flourida, nitrat, sulfiadia dan sianidi (Underwood, 2002).
Pengembangan elektroda yang digunakan dalam potensiometri merupakan area yang cukup menjanjikan. Keberhasilan penggunaan tungsten oksida sebagai elektroda selektif pH yang dilakukan oleh Fenster et al. (2008) menjadi acuan dalam meneliti kemungkinan penggunaan tungsten oksida sebagai elektroda dalam analisis asam amino. Sifat tungsten oksida yang responsif terhadap adanya ion H+ dalam larutan dapat dikembangkan untuk analisis asam amino. Asam amino merupakan salah satu jenis senyawa yang mampu menghasilkan H+ dalam larutan, sehingga keberadaannya dapat dideteksi oleh tungsten oksida secara potensiometri (Maulidah, 2014).
Kekurangan metode potensiometri adalah
-       Seringkali terlalu sensitif terhadap jeni-jenis lain melebihi kebutuhan
-       Membutuhkan waktu untuk kalibrasi
-       Memiliki batas deteksi yang tinggi (Stec, 2010).
 



1 komentar: