Jumat, 02 Maret 2018

Titrasi Argentometri



BAB II
ARGENTOMETRI
2.1         Tujuan Percobaan
­       Membuat larutan standar perak nitrat 0,01 N
­       Standarisasi larutan perak nitrat dengan larutan natrium klorida
­       Menetapkan kadar natrium klorida dalam garam dapur kotor
2.2.    Tinjauan Pustaka
Titrasi adalah metode yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu zat yang disebut analit dengan menambahkan zat lain yang disebut titran yang bereaksi dengan analit dengan suatu cara yang telah diketahui. Titrasi telah digunakan secara luas untuk menentukan konsentrasi tertentu dari suatu zat sebagai bagian dari analisis kuantitatif (Reger, 2010).
Titrasi argentometri merupakan titrasi yang mengunakan larutan perah nitrat sebagai titran untuk menentukan kadar halogen (Antara, 2008).
Titrasi argentometri adalah penetapan kadar menggunakan perak nitrat (AgNO3). Garam ini merupakan satu-satunya garam perak yang terlarutkan air sehingga reaksi perak nitrat dengan garam lain akan menghasilkan endapan. Garam-garam seperti natrium klorida (NaCl) dan kalium sianida (KCN) dapat ditentukan kadarnya dengan cara berikut:
AgNO3 + NaCl             AgCl (endapan)      + NaNO3........................................(2.1)
AgNO3 + KCN             AgCN (endapan )   + KNO3..........................................(2.2)
Sampel garam dilarutkan di dalam air dan dititrasi dengan larutan perak nitrat standar sampai keseluruhan garam perak mengendap. Jenis titrasi ini dapat menunjukkan titik akhirnya sendiri, tetapi biasanya suatu indikator pilihan yang menghasilkan endapan berwarna pada titik akhir. Pada penetapan kadar NaCl, kalium kromat ditambahkan ke dalam larutan; setelah semua NaCl bereaksi, tetesan pertama AgNO3 berlebih menghasilkan endapan perak kromat berwarna merah yang mengubah warna larutan menjadi coklat kemerahan (Cairns, 2004).
Argentometri adalah suatu analisis volumetrik yang menggunakan endapan larutan garam perak yang bisa berupa kromat atau klorida (Hill, 2003).
Titrasi penegendapan adalah contoh dari titrasi argentometri yang menyertakan perkiraan dari halida oleh klorida atau perkiraan  halida oleh perak nitrat dan penentuan sulfat dengan mentitrasi menggunakan barium klorida. Gambar 2.1 menunjukkan konduktan kurva titrasi untuk perkiraan klorida dalam sodium klorida menggunakan perak nitrat (kurva A) dan titrasi sulfat dengan barium hidroksida (kurva B). Konduktansi tetap berada dalam kondisi hampir konstan sampai titik akhir karena konduktor ekuivalen ionik antara Ag+ dan Na- serupa. Setelah titik akhir tercapai, peningkatan pada konduktan berubah bergantung pada ion klorida bergantung pada ion klorida yang ditambahkan.
Konsentrasi garam dan kelarutan produk lapisan endapan menentukan ketepatan deteksi titik akhir titrasi argentometri. Kurva titrasi akan berakhir jika endapan relatif lebih mudah larut.

Kita seringkali menyadari faktor-faktor yang memengaruhi kelarutan zat. Parameter yang penting adalah suhu, sifat pelarut, ion yang terlibat, pH, tingkat hidrolisis, dan kompleksisitas (Khopkar, 2004).
Pengendapan adalah proses yang diterapkan pada logam terlarut agar tidak menjadi larut. Biasanya sebagai logam hidroksida, logam sulfida, dan logam karbonat. Endapan tersebut berebentuk padat pada larutan atau di dalam padatan lain ketika reaksi kimia sedang terjadi atau melalui difusi pada padatan (Chen, 2012).
Titrasi pengendapan adalah titrasi yang hasil reaksi titrasinya membentuk endapan, reaksi pengendapan diatur oleh prinsip kesetaraan kimia dan hukum aksi massa (Jail, 2009).
Terdapat tiga jenis indikator kimia yang digunakan pada titrasi argentometri. Pembagian ini terdiri dari metode mohr, volhard dan fajans:


1.             Metode Mohr
Persis seperti sistem asam-basa bisa dipergunakan sebagai indikator sebagai indikator untuk sebuah titrasi asam-basa, pembentukan satu endapan lain dapat dipergunakan untuk mengindikasikan selesainya sebuah titrasi pengendapan. Contoh yang paling terkenal dari kasus semacam ini adalah yang disebut titrasi Mohr klorida dengan ion perak, dimana ion kromat digunakan sebagai indikator. Kemunculan awal endapan perak kromat berwarna kemerah-merahan diambil sebagai titik akhir titrasi.
2.             Metode Volhard
Metode ini didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam nitrit, dengan ion besi(III) dipergunakan untuk mendeteksi kelebihan ion tiosanat:
Ag+ +  SCN-                 AgSCN(s).................................(2.3)
Fe+  +  SCN-                      FeSCN2+(merah)..........................(2.4)
3.             Metode Fajans
Adsorbsi dari sebuah komponen organik berwarna pada permukaan sebuah endapan dapat menyebabkan pergeseran elektronik dalam molekul yang mengubah warnanya. Fenomena ini dapat dipergunakan untuk mendeteksi titik akhir titrasi pengendapan garam-garam perak. Senyawa organik yang dipergunakan untuk hal seperti ini diacu sebagai inikator adsorbsi (Underwood, 2002).
Kelarutan suatu zat atau senyawa dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:
-       Suhu
Kelarutan akan meningkat secara otomatis bersamaan dengan meningkatnya suhu larutan. Untuk sebuah sistem yang terjadi pada larutan eksotermis, kelarutan akan secara khas turun bersamaan dengan kenaikan suhu dan sebaliknya, kelarutannya akan meningkat saat suhu turun.
-       Ion senama
Efek ion senama mengindikasikan bahwa keberadaan ion senama pada larutan akan menurunkan kelarutan dari larutan yang mengandung ion ini. Jadi, pengurangan ion senama akan meningkatkan kelarutan dari suatu larutan.
-       pH
Jika ion asam atau basa diproduksi pada suatu proses peleburan, perubahan pH akan berpengaruh pada kelarutannya.  Suatu larutan yang terurai menjadi ion asam akan meningkatkan kelarutan pada larutan yang ber-pH tinggi (basa), dan mengurangi kelarutan suatu larutan dengan pH rendah (asam). Sebuah larutan yang terpecah dan melepaskan ion basa akan meningkatkan kelarutan suatu larutan ber-pH rendah (asam) dan menurukan kelarutan pada larutan dengan pH tinggi (basa) (Flowers, 2004).
Dalam memilih indikator untuk titrasi, kita perlu menyadari bahwa jika larutan terbentuk saat titik akhir tercapai memiliki pH 7. Merujuk pada jenis penggunaan asam-basa, hasil dari hidrolisis garam yang terbentuk bisa menyebabkan asam kuat, basa kuat, atau netral. Jika titrasi menggunakan asam kuat dan basa kuat, titik akhir akan berada pada pH 7 dan pada kenyataannya indikator mana pun bisa digunakan. Hal ini disebabkan karena penambahan satu tetes reagen lain akan mengubah pH pada titik akhir sekitar enam kesatuan. Pada titrasi asam lemah dan basa lemah, kita memerlukan indikator seperti metil oranye yang mengubah warna antara merah hingga kuning. Pada titrasi antara asam lemah dan basa kuat, kita harus menggunakan indikator yang bisa berubah pada warna pada jangkauan basa. Phenolftalein adalah pilihan tepat untuk titrasi jenis ini mengingat indikator ini mengubah warna pada jangkauan pH 8,3 hingga 10 (Mascetta, 2003).
Argentometri telah digunakan dalam penelitian pembuatan arang aktif tempurung kelapa dengan aktivator Na2CO3 untuk penjernihan air rawa. Air rawa yang telah dikoagulasikan dengan tawas kemudian dijernihkan lagi dengan arang aktif yang dibuat. Kualitas air yang didapatkan ditentukan sesuai dengan kualitas wajib menurut Permenkes 492/Menkes/Per/IV/2010) berupa pH, Ca,Mg, Fe, Mn, Al, dan Cl-. pH ditentukan dengan pH meter.Ca, Mg, Fe, Mn, dan Al ditentukan dengan menggunakan SSA. Sedangkan Cl ditentukan dengan menggunakan titrasi argentometri (Rahmawanti, 2016).
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar