ARGENTOMETRI
2.1
Tujuan
Percobaan
Membuat larutan standar perak nitrat 0,01
N
Standarisasi larutan perak nitrat dengan
larutan natrium klorida
Menetapkan kadar natrium klorida dalam
garam dapur kotor
2.2. Tinjauan
Pustaka
Titrasi adalah metode yang digunakan untuk menentukan
konsentrasi suatu zat yang disebut analit dengan menambahkan zat lain yang
disebut titran yang bereaksi dengan analit dengan suatu cara yang telah
diketahui. Titrasi telah digunakan secara luas untuk menentukan konsentrasi tertentu
dari suatu zat sebagai bagian dari analisis kuantitatif (Reger, 2010).
Titrasi argentometri merupakan titrasi yang mengunakan
larutan perah nitrat sebagai titran untuk menentukan kadar halogen (Antara,
2008).
Titrasi argentometri adalah penetapan kadar menggunakan
perak nitrat (AgNO3). Garam ini merupakan satu-satunya garam perak
yang terlarutkan air sehingga reaksi perak nitrat dengan garam lain akan
menghasilkan endapan. Garam-garam seperti natrium klorida (NaCl) dan kalium
sianida (KCN) dapat ditentukan kadarnya dengan cara berikut:


Sampel garam dilarutkan di dalam air dan dititrasi dengan
larutan perak nitrat standar sampai keseluruhan garam perak mengendap. Jenis
titrasi ini dapat menunjukkan titik akhirnya sendiri, tetapi biasanya suatu
indikator pilihan yang menghasilkan endapan berwarna pada titik akhir. Pada
penetapan kadar NaCl, kalium kromat ditambahkan ke dalam larutan; setelah semua
NaCl bereaksi, tetesan pertama AgNO3 berlebih menghasilkan endapan
perak kromat berwarna merah yang mengubah warna larutan menjadi coklat
kemerahan (Cairns, 2004).
Argentometri adalah suatu analisis volumetrik yang
menggunakan endapan larutan garam perak yang bisa berupa kromat atau klorida
(Hill, 2003).
Titrasi penegendapan adalah contoh dari titrasi
argentometri yang menyertakan perkiraan dari halida oleh klorida atau perkiraan halida oleh perak nitrat dan penentuan sulfat
dengan mentitrasi menggunakan barium klorida. Gambar 2.1 menunjukkan konduktan
kurva titrasi untuk perkiraan klorida dalam sodium klorida menggunakan perak
nitrat (kurva A) dan titrasi sulfat dengan barium hidroksida (kurva B). Konduktansi
tetap berada dalam kondisi hampir konstan sampai titik akhir karena konduktor
ekuivalen ionik antara Ag+ dan Na- serupa. Setelah titik
akhir tercapai, peningkatan pada konduktan berubah bergantung pada ion klorida
bergantung pada ion klorida yang ditambahkan.
Konsentrasi garam dan kelarutan produk lapisan endapan
menentukan ketepatan deteksi titik akhir titrasi argentometri. Kurva titrasi
akan berakhir jika endapan relatif lebih mudah larut.
Kita seringkali menyadari faktor-faktor yang memengaruhi
kelarutan zat. Parameter yang penting adalah suhu, sifat pelarut, ion yang
terlibat, pH, tingkat hidrolisis, dan kompleksisitas (Khopkar, 2004).
Pengendapan adalah proses yang diterapkan pada logam
terlarut agar tidak menjadi larut. Biasanya sebagai logam hidroksida, logam
sulfida, dan logam karbonat. Endapan tersebut berebentuk padat pada larutan
atau di dalam padatan lain ketika reaksi kimia sedang terjadi atau melalui
difusi pada padatan (Chen, 2012).
Titrasi pengendapan adalah titrasi yang hasil reaksi
titrasinya membentuk endapan, reaksi pengendapan diatur oleh prinsip kesetaraan
kimia dan hukum aksi massa (Jail, 2009).
Terdapat tiga jenis indikator kimia yang digunakan pada
titrasi argentometri. Pembagian ini terdiri dari metode mohr, volhard dan
fajans:
1.
Metode Mohr
Persis seperti sistem asam-basa bisa dipergunakan sebagai indikator sebagai
indikator untuk sebuah titrasi asam-basa, pembentukan satu endapan lain dapat
dipergunakan untuk mengindikasikan selesainya sebuah titrasi pengendapan.
Contoh yang paling terkenal dari kasus semacam ini adalah yang disebut titrasi
Mohr klorida dengan ion perak, dimana ion kromat digunakan sebagai indikator.
Kemunculan awal endapan perak kromat berwarna kemerah-merahan diambil sebagai
titik akhir titrasi.
2.
Metode Volhard
Metode ini didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam
nitrit, dengan ion besi(III) dipergunakan untuk mendeteksi kelebihan ion
tiosanat:


3.
Metode Fajans
Adsorbsi dari sebuah komponen organik berwarna pada permukaan sebuah
endapan dapat menyebabkan pergeseran elektronik dalam molekul yang mengubah
warnanya. Fenomena ini dapat dipergunakan untuk mendeteksi titik akhir titrasi
pengendapan garam-garam perak. Senyawa organik yang dipergunakan untuk hal
seperti ini diacu sebagai inikator adsorbsi (Underwood, 2002).
Kelarutan suatu zat atau senyawa dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti:
-
Suhu
Kelarutan akan meningkat secara otomatis
bersamaan dengan meningkatnya suhu larutan. Untuk sebuah sistem yang terjadi
pada larutan eksotermis, kelarutan akan secara khas turun bersamaan dengan
kenaikan suhu dan sebaliknya, kelarutannya akan meningkat saat suhu turun.
-
Ion senama
Efek ion senama mengindikasikan bahwa
keberadaan ion senama pada larutan akan menurunkan kelarutan dari larutan yang
mengandung ion ini. Jadi, pengurangan ion senama akan meningkatkan kelarutan
dari suatu larutan.
-
pH
Jika ion asam atau basa diproduksi pada suatu
proses peleburan, perubahan pH akan berpengaruh pada kelarutannya. Suatu larutan yang terurai menjadi ion asam
akan meningkatkan kelarutan pada larutan yang ber-pH tinggi (basa), dan
mengurangi kelarutan suatu larutan dengan pH rendah (asam). Sebuah larutan yang
terpecah dan melepaskan ion basa akan meningkatkan kelarutan suatu larutan
ber-pH rendah (asam) dan menurukan kelarutan pada larutan dengan pH tinggi
(basa) (Flowers, 2004).
Dalam memilih indikator untuk titrasi, kita
perlu menyadari bahwa jika larutan terbentuk saat titik akhir tercapai memiliki
pH 7. Merujuk pada jenis penggunaan asam-basa, hasil dari hidrolisis garam yang
terbentuk bisa menyebabkan asam kuat, basa kuat, atau netral. Jika titrasi
menggunakan asam kuat dan basa kuat, titik akhir akan berada pada pH 7 dan pada
kenyataannya indikator mana pun bisa digunakan. Hal ini disebabkan karena
penambahan satu tetes reagen lain akan mengubah pH pada titik akhir sekitar enam
kesatuan. Pada titrasi asam lemah dan basa lemah, kita memerlukan indikator
seperti metil oranye yang mengubah warna antara merah hingga kuning. Pada
titrasi antara asam lemah dan basa kuat, kita harus menggunakan indikator yang
bisa berubah pada warna pada jangkauan basa. Phenolftalein adalah
pilihan tepat untuk titrasi jenis ini mengingat indikator ini mengubah warna
pada jangkauan pH 8,3 hingga 10 (Mascetta, 2003).
Argentometri telah digunakan dalam penelitian pembuatan
arang aktif tempurung kelapa dengan aktivator Na2CO3
untuk penjernihan air rawa. Air rawa yang telah dikoagulasikan dengan tawas
kemudian dijernihkan lagi dengan arang aktif yang dibuat. Kualitas air yang
didapatkan ditentukan sesuai dengan kualitas wajib menurut Permenkes
492/Menkes/Per/IV/2010) berupa pH, Ca,Mg, Fe, Mn, Al, dan Cl-. pH
ditentukan dengan pH meter.Ca, Mg, Fe, Mn, dan Al ditentukan dengan menggunakan
SSA. Sedangkan Cl– ditentukan dengan menggunakan titrasi argentometri
(Rahmawanti, 2016).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar