BAB III
MEDIA
3.1. Tujuan Percobaan
- Mengetahui
teknik-teknik pembuatan media
- Mengetahui
jenis-jenis media yang dibuat
3.2. Tinjauan Pustaka
Medium adalah suatu bahan
yang terdiri atas campuran nutrisi atau zat-zat hara (nutrient) yang digunakan menumbuhkan mikroorganisme diatas atau
didalamnya. Selain itu medium dapat dipergunakan untuk isolasi, perbanyakan,
pengujian sifat-sifat fisiologis, dan perhitungan jumlah mikroorganisme
(Waluyo, 2008).
Medium memerlukan kemasaman (pH) tertentu tergantung pada
jenis jasad yang
ditumbuhkan. Aktivitas metabolisme mikroba dapat mengubah pH, sehingga untuk
mempertahankan pH medium ditambahkan bahan buffer. Beberapa komponen
penyusun medium dapat juga berfungsi sebagai buffer (Sri Sumarsih, 2003).
ditumbuhkan. Aktivitas metabolisme mikroba dapat mengubah pH, sehingga untuk
mempertahankan pH medium ditambahkan bahan buffer. Beberapa komponen
penyusun medium dapat juga berfungsi sebagai buffer (Sri Sumarsih, 2003).
Cara pembuatan medium biakan
A.
Mencampur bahan - bahan
Bahan-bahan yang diperlukan
dilarutkan dalam air suling, kemudian dipanaskan dalam pemanas air supaya
larutannya homogen.
B.
Menyaring
Beberapa jenis medium
kadang-kadang perlu disaring. Alat yang digunakan untuk menyaring adalah kertas
saring, kapas, atau kain. Khusus medium gelatin atau agar penyaringannya harus
dilakukan dalam keadaan panas.
C.
Menentukan dan mengatur pH
Penentuan pH medium dapat
dilakukan dengan menggunakan kertas pH, pH meter atau komparator blok.
Pengaturan pH medium dapat dilakukan dengan penambahan asam atau basa (organik
atau anorganik).
D.
Memasukkan medium ke wadah tertentu
Sebelum disterilkan, medium
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, erlenmeyer, atau wadah bersih lainnya.
Kemudian medium ditutup kapas dan dibungkus kertas sampul coklat atau lainnya
supaya tidak basah sewaktu disterilkan.
E. Sterilisasi
Pada umumnya sterilisasi
medium dilakukan dengan uap panas di dalam Autoklaf
pada suhu 121 oC selama 15-20 menit.
Syarat-syarat media yang baik
A. Air
Air yang
digunakan dalam pembuatan medium hanya air suling (demineralized) yang telah diuji dan tidak mengandung bahan-bahan
yang dapat meracuni mikroba yang digunakan dalam pembuatan medium.
B.
Bahan-bahan Kimia
Bahan kimia yang dipakai
untuk pembuatan medium harus bahan khusus yakni bahan kimia yang p.a (pro analysis).
C.
Agar-agar
Hanya agar-agar khusus yang
boleh digunakan dalam bakteriologi.
D.
Ekstrak daging sapi
Ekstrak daging sapi yang
telah distandarisasi atau diolah khusus yang dapat digunakan pembuatan medium.
Saring daging sapi yang tidak baik untuk pembuatan medium.
E. Gula
Gula yang digunakan dalam
pembuatan medium harus gula murni dan memenuhi syarat bakteriologi.
Macam-macam
media
A.
Penggolongan medium biakan terbagi menjadi dua golongan
besar
1.
Media hidup
Media hidup pada umumnya
dipakai dalam laboratorium virology untuk pembiakan berbagai virus, sedangkan
dalam laboratorium bakteriologi hanya beberapa kuman tertentu saja dan terutama
pada hewan percobaan. Contoh media hidup adalah: hewan percobaan (termasuk
manusia), telur berembrio, biakan jaringan, dan sel-sel biakan bakteri tertentu
untuk penelitian bakteriofage (bakteri yang terinfeksi oleh virus).
2. Media
mati
Media mati juga dikenal
adanya media sintetis. Media sintetis merupakan media yang mempunyai kandungan
dan isi bahan yang telah diketahui secara terperinci. Media sintetis sering
digunakan untuk mempelajari sifat faali dan genetika mikroorganisme. Senyawa
anorganik dan senyawa organik ditambahkan dalam media sintetik harus murni.
Dengan demikian media sintetik harganya cukup mahal. Contoh media sintetik,
antara lain cairan Hanks, Locke, Thyrode,
Eagle. Media mati terbagi beberapa macam, yaitu:
a.
Media padat
Media padat diperoleh dengan
cara menambahkan agar-agar. Agar berasal dari ganggang/alga yang berfungsi
sebagai bahan pemadat. Alga digunakan karena bahan ini tidak diuraikan oleh
mikroorganisme, dan dapat membeku pada suhu diatas 45 oC.
b.
Media setengah padat
Media setengah padat dibuat dengan bahan sama dengan
media padat, akan tetapi yang berbeda adalah komposisi agarnya. Media ini
digunakan untuk melihat gerak kuman secara mikroskopik dan kemampuan
fermentasi.
c. Media
cair
Media yang berasal dari bahan-bahan yang cair. Medium
cair dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti pembiakan mikroba dalam
jumlah besar, penelaahan fermentasi, dan berbagai macam uji.
B. Berdasarkan
susunan kimianya media dibagi menjadi tiga macam
1. Media
non sintetik
Media alami non sintesis
merupakan medium yang susunan kimianya tidak dapat ditentukan dengan pasti.
Medium ini banyak digunakan untuk menumbuhkan dan mempelajari taksonomi
mikroorganisme. Misalnya, bahan-bahan yang terdapat dalam kaldu Nutrient yakni ekstrak daging dan pepton
memiliki komposisi kimia yang tidak pasti. Contoh lain: serum, plasma dan lain
sebaginya.
2. Media
sintetik
Media sintesis yaitu medium
yang susunan kimianya dapat diketahui dengan pasti. Komposisi kimiawi medium
sintetik biasanya dibuat dari bahan-bahan kimia dengan kemurnian tinggi dan
ditentukan dengan tepat. Medium ini biasanya digunakan untuk mempelajari
kebutuhan makanan mikroorganisme. Contoh media sintetik: cairan Hanks, Locke, Thyrode, Eagle.
3.
Media semi sintetis
Media semi sintesis
merupakan campuran medium sintetik dengan medium non sintetik. Misalnya cairan Hanks yang ditambah serum.
4. Media
anorganik
Media anorganik merupakan
media yang tersusun dari bahan-bahan anorganik.
5. Media
organik
Media organik merupakan
media yang tersusun dari bahan-bahan organik.
C.
Berdasarkan tujuan dan sifatnya media dibedakan menjadi
1. Media
Selektif/Elektif
Media ini ditambah zat kimia
tertentu yang bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan mikroba lainnya.
Contoh: media yang mengandung zat kimia kristal violet pada kadar tertentu
dapat mencegah pertumbuhan bakteri gram positif tanpa mempengaruhi pertumbuhan
bakteri gram negatif.
2.
Media Diferensial
Media ini mengandung zat-zat
kimia tertentu yang memungkinkan membedakan berbagai macam tipe mikroba. Medium
ini ditambah reagensia atau zat kimia tertentu yang menyebabkan suatu mikroba
membentuk pertumbuhan atau mengadakan perubahan tertentu sehingga dapat
membedakan tipe-tipenya. Misalnya, medium agar darah dapat membedakan bakteri hemolitik dengan
bakteri non hemolitik.
3.
Media Eksklusif
Media eksklusif yakni medium
yang hanya memungkinkan tumbuhnya satu jenis mikroba tertentu, sedangkan
mikroba lainnya dihambat atau dimatikan. Contoh lainnya, medium air pepton
alkalis dapat mematikan kuman lainnya, kecuali Vibrio; hal ini karena memiliki pH tinggi.
4.
Media Penguji/Esei
Medium esei adalah medium
dengan susunan kimia tertentu yang digunakan untuk pengujian vitamin, asam
amino, antibiotika, dan sebagainya.
5.
Media Diperkaya (Enriched Medium)
Medium ditambah zat-zat
tertentu untuk menumbuhkan mikroorganisme heterotrof tertentu. Zat-zat tertentu
yang ditambahkan zat-zat misalnya serum, darah, ekstrak tumbuh-tumbuhan.
6. Media
Khusus
Medium ini untuk menentukan
tipe pertumbuhan mikroorganisme dan kemampuannya untuk mengadakan
perubahan-perubahan kimia tertentu.
7. Media
Persemaian (Nutrient Media)
Medium ini sangat kaya akan
zat makanan dan mempunyai susunan bahan sedemikian rupa sehingga hanya
menyuburkan satu jenis mikroba yang dicari saja.
8. Media
Serbaguna
Medium ini merupakan medium
yang paling umum digunakan dalam mikrobiologi (dapat menunjang pertumbuhan
sebagian besar mikroba). Contoh: medium kaldu Nutrient (Waluyo, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba
pada media
1.
Pengaruh pH terhadap populasi bakteri dalam media
mineral sederhana dengan LAS sebagai satu-satunya sumber karbon. Salah satu
faktor panting dalam pertumbuhan bakteri adalah nilai pH. Bakteri memerlukan
suatu pH optimum (6,5-7,5) untuk tumbuh optimal. Nilai pH minimum dan maksimum
untuk pertumbuhan kebanyakan spesies bakteri adalah 4 dan 9. Pengaruh pH
terhadap pertumbuhan bakteri ini berkaitan dengan aktivitas enzim. Enzim ini
dibutuhkan oleh beberapa bakteri untuk mengkatalis reaksi-reaksi yang berhubungan
dengan pertumbuhan bakteri. Apabila pH dalam suatu medium atau lingkungan tidak
optimal maka akan mengganggu kerja enzim-enzim tersebut dan akhirnya mengganggu
pertumbuhan bakteri itu sendiri.
2.
Pengaruh suhu terhadap populasi bakteri dalam media
mineral sederhana dengan LAS sebagai satu-satunya sumber karbon. Bakteri
anggota genus Pseudomonas umumnya
tumbuh pada suhu optimal yaitu 37-40 oC. Namun ada beberapa bakteri
anggota genus Pseudomonas yang dapat
hidup pada suhu di bawah suhu optimal tersebut. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa semua isolat bakteri dapat tumbuh pada rentang suhu 20 oC
sampai dengan 40 oC. Tetapi ada beberapa isolat bakteri yang tumbuh
lebih baik pada suhu 40 oC seperti pada isolat P3.2 dan C2.3, ada
juga yang tumbuh lebih baik pada suhu 20 oC seperti pada isolat C2.2
dan untuk isolat C21 dan P2.1 tumbel lebih baik pada Suhu 30 oC.
Perbedaan faktor suhu dapat terjadi karena bakteri anggota genus Pseudomonas dapat hidup pada rentang
suhu rendah (Suriani dkk, 2013).
3.
Pertumbuhan Chlorella
sp sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, diantaranya unsur
hara dalam media kultur serta kualitas air seperti salinitas, pH, suhu,
intensitas cahaya yang optimum. Untuk mendapatkan persediaan Chlorella sp sebagai pakan alami, maka
diperlukan suatu studi tentang penggunaan media kultur yang memberikan hasil
terbaik terutama mengenai jumlah sel atau kepadatan Chlorella sp yang dihasilkan. Hal ini karena setiap media mempunyai
komposisi unsur hara yang berbeda-beda antara satu media dengan yang lain,
dimana masing-masing unsur hara tersebut juga mempunyai fungsi yang berbeda
pula bagi Phytoplankton yang akan
dibudidayakan (Chilmawati & Suminto, 2008).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar