BAB VI
MIKROBIOLOGI AIR
6.1. Tujuan Percobaan
-
Mengetahui ada tidaknya mikrooganisme di dalam air
sampel
-
Menghitung nilai Indeks
Pencemaran Biologis (IPB) dan menganalisa kualitas air sampel
berdasarkan nilai IPB tersebut
6.2. Tinjauan Pustaka
Mikrobiologi ialah telaah mengenai
organisme hidup yang berukuran mikroskopis. Dunia mikrooganisme terdiri dari
lima kelompok organisme bakteri, Protozoa,
virus, alga dan cendawan mikroskopis (Pelczar, 1986).
Air merupakan
bahan alam yang diperlukan untuk kehidupan manusia, hewan dan tanaman yaitu
sebagai media pengangkutan zat-zat makanan, juga merupakan sumber energi serta
berbagai keperluan lainnya (Sasongko, 2014).
Mikrobiologi air
adalah mikrobiologi yang mempelajari kehidupan dan peranan mikroorganisme di
dalam lingkungan air. Kehidupan mikroba pada lingkungan air dapat berada di air
laut, air tawar, air limbah, air minum, air bersih, sumber mata air, dan lain
sebagainya. Peranan mikroba dalam air dapat dipakai dalam bidang kesehatan,
bidang pertanian, bidang peternakan, bidang perikanan, bidang industri, bidang
pengairan, pengolahan air, pengolahan limbah (Waluyo, 2009).
Air tanah
mengandung zat-zat anorganik maupun zat-zat organik dan oleh karena itu
merupakan tempat baik bagi kehidupan mikroorganisme.
Mikroorganisme-mikroorganisme yang autotrof merupakan penghuni pertama di dalam
air yang mengandung zat-zat anorganik. Sel-sel yang mati merupakan bahan
organik yang memungkinkan kehidupan mikrooganisme-mikrooganisme yang
heterotrof. Temperatur turut menentukan populasi dalam air. Temperatur sekitar
30o C atau lebih sedikit baik sekali bagi kehidupan bakteri Pathogen yang berasal dari hewan maupun
manusia (Dwidjoseputro, 2005).
Mikroorganisme yang hidup di dalam air sangat banyak,
berbagai jenis plankton, alga, dan berbagai bakteri. Bakteri karena ukurannya
yang sangat kecil dan indeks refraksinya yang hampir sama dengan air, tidak
mudah dilihat dengan mikroskop tanpa pewarnaan. Akan tetapi, pengamatan
organisme yang hidup dalam air menjadi penting untuk melihat aktivitas hidup
dan mengobservasi ukuran dan bentuk sel hidup karena fiksasi dengan pemanasan
dan pewarnaan kimiawi dapat menyebabkan distorsi dalam pengamatan (Subandi,
2010).
Air sebagai wahana penyakit
menular, yaitu:
1.
Salmonella
Typhosa adalah basil yang tidak terlalu panjang, gram negatif, bergerak,
flagel peritrik, tidak membentuk spora, lekas mati di dalam terik matahari,
tidak dapat bertahan lama di dalam perairan bebas. Bakteri ini penyebab
penyakit tipus perut.
2.
Shigella
Dysenteriae adalah basil yang gram negatif, tidak bergerak. Bakteri ini
menyebabkan penyakit disentri (mejan). Spesies yang lain seperti S. Sonnei dan S. Paradysenteriae menyebabkan penyakit disentri pula.
3.
Entamoeba
Histolytica, bukan bakteri melainkan tergolong protozoa. Spesies ini dan
beberapa spesies lainnya dari genus ini menyebabkan penyakit disentri pula.
4.
Vibrio Comma adalah
bakteri yang bentuknya agak melengkung, gram negatif, monotrik; bakteri ini
menyebabkan penyakit kolera yang endemis di Indonesia dan sewaktu-waktu
berjangkit dan makan korban banyak.
5.
Clostridium
Tetani adalah basil yang hidupnya anaerob, membentuk spora, menghasilkan
toksin yang menyebabkan penyakit “rahang-kejang” (tetanus). Infeksi dari basil
ini kepada manusia hanya lewat luka-luka.
Cara menguji kebersihan air, yaitu:
1.
Tahap pertama ialah uji dugaan (Presumptive Test)
Tabung reaksi berisi 10 mL medium cair
yang dicampuri laktosa diisi dengan 1-5 mL dari sampel air. Volume inokulum ini
bergantung pada asal-usul sampel air tersebut. Jika diduga air contoh tersebut
banyak mengandung kotoran, maka cukuplah diambil 1 mL saja untuk diinokulasikan
ke dalam tabung reaksi tersebut. Didalam medium cair tersebut lebih dulu
diletakkan tabung durham dalam posisi terbalik. Jika dalam waktu 48 jam tabung
tabung durham mengandung gas, Test dikatakan
positif. Sebaliknya, jika setelah 48 jam tidak ada gas, Test dikatakan negatif, dan ini berarti bahwa air aman untuk
diminum.
2.
Tahap kedua ialah uji kepastian (Confirmed Test)
Ada dua cara untuk melakukan test ini, yaitu:
a.
Ujian dapat dikerjakan seperti tersebut pada (1), hanya
di dalam medium perlu ditambahkan zat warna hijau berlian. Kepada medium ini
kemudian diinokulasikan sejumlah mL air yang mengandung bakteri yang
menghasilkan gas. Hijau berlian berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri
gram positif dan menggiatkan pertumbuhan bakteri golongan kolon. Jika timbul
gas sebelum 48 jam berakhir, Test ini
disebut positif.
b.
Cara yang kedua ialah dengan menginokulasikan air yang
menghasilkan gas tersebut ke alam cawan
petri berisi medium yang mengandung
laktosa dan eosin biru Metilen, atau
laktosa dan Endo biru Metilen. Jika dalam 24 jam tumbuh
koloni-koloni yang berinti dan mengkilap seperti logam, Test ini berarti positif.
3.
Tahap ketiga ialah uji kesempurnaan (Completed Test)
Untuk ini diambillah inokulum dari suatu
koloni terpencil pada cawan petri tersebut di (2). Inokulum dimasukkan ke dalam
medium cair yang mengandung laktosa, dan dari inokulum tersebut juga dibuat
gesekan pada agar-agar miring. Jika kemudian timbul gas dalam cairan laktosa,
lagipula pada agar-agar miring ditemukan basil-basil gram negatif yang
berspora, maka pastilah ada golongan bakteri kolon dalam contoh air yang
semula.
Di beberapa tempat seperti Jakarta,
Bandung, Semarang, Surabaya, pemerintah mencoba mengatasi kesulitan tersebut
dengan mengadakan penyaringan air sungai. Prinsip-prinsip penyaringan itu
sebagai berikut:
1.
Air sungai digenangkan dalam kolam-kolam besar. Bahan
kimia seperti tawas (K2SO4Al2 (SO4)3)
atau lainnya dicampurkan di air tersebut guna mengendapkan partikel-partikel
lumpur.
2.
Air yang sudah agak bersih ini kemudian dilewatkan pada
suatu lapisan pasir menuju ke kolam lain yang lebih rendah. Fungsi lapisan
pasir ialah bagikan saringan.
3.
Air yang sudah bening ini masih banyak mengandung
mikroorganisme. Oleh karena itu air ini perlu didesinfeksikan; biasanya klor
yang digunakan untuk ini.
4.
Untuk menghindarkan tumbuhnya alga, larutan encer
terusi (CuSO4), kira-kira 2,5 kg terusi dalam 4 juta liter air
dimasukkan ke dalam air tersebut.
5.
Kini air telah siap masuk pipa-pipa yang menuju ke
rumah-rumah. Pengujian ini dilakukan terhadap air yang sudah di sterilkan
(Dwidjoseputro, 2005).
Parameter kualitas air
1.
Parameter fisik
Hasil pengukuran kualitas air di sungai
Kaliyasa menunjukkan air sungai tidak berbau, demikian pula air sumur gali
menunjukkan semua air sumur gali di Kelurahan Tegal Kamulyan tidak berbau.
2.
Parameter kimia
a.
Besi
Hasil pengukuran kandungan besi di sungai Kaliyasa
diketahui sebesar 2 mg/L melebihi baku mutu (1,0 mg/L), dan berakibat pada
tingginya kandungan besi pada sumur terdekat. Hal ini dapat dilihat pada hasil
pengukuran kandungan besi air sumur gali di sekitar sungai Kaliyasa.
b.
Klorida
Kandungan klorida di sungai Kaliyasa sangat tinggi yaitu
17.088,55 mg/L, tidak memenuhi baku mutu air bersih (600 mg/L). Tingginya
klorida di sungai Kaliyasa selain didapat dari air laut yang mengandung garam,
juga dari limbah rumah tangga yang dibuang ke sungai Kaliyasa. Kotoran manusia,
khususnya urin mengandung klorida dalam jumlah yang sama dengan klorida yang
dikonsumsi lewat makanan dan air.
c.
Mangan
Kandungan mangan di sungaiKaliyasa 1 mg/l tidak memenuhi
baku mutu (0,5 mg/l). Tingginya kandungan mangan di sungai Kaliyasa karena
buangan limbah industri dan secara alami unsur mangan dapat dijumpai di hampir
sebagian besar wilayah Kabupaten Cilacap yang mengadung pasir besi di mana di
dalamnya terdapat unsur mangan.
d.
pH
Derajat keasaman air minum harus netral, tidak boleh
bersifat asam atau basa. Air murni mempunyai pH 7. pH<7 menandakan air
bersifat asam, sedangkan pH>7 menandakan air bersifat basa (rasanya pahit).
3.
Parameter mikrobiologi (bakteri Coliform)
Kandungan total coliform disungai Kaliyasa
sebesar 85 jumlah/100 mL, tidak memenuhi standar baku mutu yaitu (50 jumlah/100
mL). Tingginya kandungan total Coliform
di sungai Kaliyasa disebabkan banyak penduduk yang bermukim di sepanjang
pinggiran sungai Kaliyasa dan membuang kotoran (tinja) langsung ke sungai
(Sasongko, 2014).
Metode kuantitatif yang lain dipergunakan
adalah penentuan status mutu air dapat menggunakan metode indeks pencemaran.
Pertimbangan menggunakan metode indeks pencemaran karena tidak ada perbedaan antara
jenis kontaminan fisik, kimia maupun biologi. Indeks pencemaran berdasarkan
keputusan menteri negara lingkungan nomor 115 tahun 2003 tentang pedoman
penentuan status mutu air (Puspita, 2016).
Tabel 6.1. Hubungan antara nilai indeks
pencemaran dengan mutu air
Indeks Pencemaran
|
Mutu Perairan
|
0 ≤ PIj ≤ 1,0
|
Kondisi baik
|
1,0 < PIj ≤ 5,0
|
Cemar ringan
|
5,0 < PIj ≤ 10,0
|
Cemar dang
|
PIj > 10,0
|
Cemar berat
|
(Tanjung, 2016).
Analisis indeks pencemaran biologis pada umumnya dilakukan bila air akan
dipergunakan sebagai bahan baku untuk pabrik/industri (sebagai air pendingin,
air pemroses), untuk kepentingan rekreasi (kolam renang). Bila suatu air atau
perairan mengandung IPB lebih tinggi maka kemungkinan besar akan terjadi proses
deteriosasi atau korosi logam-logam yang mengandung Fe atau S, atau kemungkinan
adanya kontaminasi mikroba patogen (penyebab penyakit).
Nilai indeks
pencemaran biologis dapat dihitung dengan rumus:
IPB =
× 100…………………………………....(1.1)

Dimana:
A: Kandungan mikroba yang mengandung klorofil
B: Kandungan mikroba yang tidak mengandung klorofil
Hasil
perhitungan IPB memberikan besaran seperti tercantum pada tabel sebagai
berikut:
Tabel
6.2. Nilai indeks pencemaran biologis
Nilai IPB
|
Nilai air
|
0-8
|
Bersih, jernih
|
9-20
|
Tercemar ringan
|
21-60
|
Tercemar sedang
|
61-100
|
Tercemar berat
|
Perhitungan nilai IPB dilakukan
secara langsung dan tidak melalui penamaan atau pembiakan terlebih dahulu.
Misalnya volume air 500-1000 mL dipekatkan menjadi 50 mL melalui penyaringan
atau Sentrifuge (rata-rata 1500 ppm). Endapan yang terjadi
kemudian dianalisis kehadiran mikrobanya dengan pewarnaan (pada bakteri dan
fungi), dan dengan menggunakan kolum hitung untuk mikroalga (Waluyo, 2009).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar