BAB VIII
SISTEM KOLOID
8.1.
Tujuan Percobaan
Mengetahui dan membedakan cara pembuatan koloid secara
disperse dan kondensasi.
8.2.
Tinjauan Pustaka
Koloid adalah suatu jenis campuran yang sifatnya
diantara suspensi dan larutan. Salah satu contoh koloid dalam kehidupan
sehari-hari adalah udara.
Sedangkan
larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari zat terlarut (Solut)
dan zat pelarut (Solven). Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pembuatan larutan
disebut pelarutan atau solvasi. Ukuran partikel larutan sangat kecil, kurang
dari 1 nm, sehingga akan sulit untuk membedakan antara zat terlarut dan
pelarutnya (Fitriyani, 2015). Suspensi adalah suatu dispersi zat padat di dalam
air. Zat terdispersi pada suspensi merupakan zat padat yang memiliki ukuran
yang cukup besar, zat padat tersebut tersusun dari molekul-molekul zat
terdispersi (Nana, 2007). Koloid dapat berperan sebagai fase ke tiga yang mempunyai fase
bukan larutan dan juga bukan padatan (
Heru, 2008).
Larutan
(dispersi molekuler)
|
Koloid
(dispersi molekuler)
|
Suspensi
(dispersi kasar)
|
1. Homogen, tak
dapat dibedakan walaupun menggunakan mikroskop ultra
2. Semua partikel
berdimensi( panjang, lebar atau tebal) kurang dari 1 nm
3. Satu fasa
4. Stabil
5. Tidak bisa
disaring
|
1. Secara
mikroskopis bersifat homogen, tetapi heterogen jika diamati dengan
menggunakan mikroskop ultra
2. Partikel
berdimensi antara 1 nm sampai 100 nm
3. Dua fasa
4. Pada umumnya
tidak dapat disaring, kecuali dengan penyaringan ultra
5. Pada umumnya
stabil
|
1. Heterogen
2. Salah satu atau
semua dimensi partikelnya lebih besar dari 100 nm
3. Dua fasa
4. Tidak stabil
5. Dapat disaring
|
Tabel 8.1. Tabel perbedaan koloid, suspensi, dan
larutan
Koloid
memiliki beberapa sifat yang bisa digunakan untuk membedakan dengan dispersi lainnya,
berikut ini akan dijelaskan sedikit tentang sifat-sifat koloid:
-
Efek Tyndall
Merupakan kemampuan sistem koloid untuk
menghamburkan cahaya bila dipancarkan melewatinya (Fatima, 2013). Efek tyndall
dapat terjadi karena partikel-partikel koloid yang sangat besar memantulkan dan
menghamburkan sinar disekitarnya (Suyatno, 2006).
-
Gerak Brown
Merupakan pergerakan partikel-partikel
pada terdispersi suatu sistem koloid dikarenakan ada tumbukan yang terjadi
antar partikel (Fatima, 2013). Benturan tidak teratur partikel koloid dan medium
pendispersi adalah salah satu faktor terjadinya gerak brown (Windia, 2016).
-
Absorbsi
Merupakan proses penyerapan bagian
permukaan pada sistem koloid sehingga sitem ini memiliki muatan listrik (Fatima, 2013).
Lapisan yang terbentuk berasal dari partikel-partikel koloid dengan ion-ion
yang di adsorbsi adalah, lapisan pertama yaitu lapisan yang sifatnya netral
atau lapisan inti, lapisan kedua adalah lapisan ion yang di adsorbsi oleh
koloid, dan lapisan ketiga yaitu lapisan luar (Suyatno, 2006).
-
Elektroforesis
Merupakan proses yang bisa digunakan untuk
memisahkan partikel koloid dengan menggunakan arus listrik (Fatima, 2013). Partikel koloid
yang didalamnya mengandung arus listrik akan mengalir ke elektroda yang
muatanya berlawanan (Das, 2007).
-
Koagulasi
Merupakan pembentukan suatu gumpalan yang
lebih besar oleh partikel-partikel koloid dikarenakan penambahan zat kimia atau
enzim tertentu (Fatima, 2013). Reaksi koagulasi dapat berjalan karena adanya zat pereaksi
sesuai dengan zat yang terlarut (Kusnaedi, 2010).
-
Dialisis
Merupakan kemampuan koloid untuk
memisahkan ion-ion pengganggu melalui membran semipermiabel yang berfungsi
sebagai penyaring.
Koloid dapat dibedakan berdasarkan interaksi partikel
koloid dengan medium pendispersinya yaitu koloid liofil dan koloid liofob.
Berikut ini sedikit penjelasannya
a.
Koloid Liofil
Berasal
dari bahasa yunani Lio = cairan dan Philia = menyukai. Zat terdispersi
sistem koloid yang mempunyai afinitas (daya tarik) yang besar terhadap medium
pendispersinya.
b.
Koloid Liofob
Berasal
dari bahasa yunani Lio = cairan dan Phobia = membenci. Zat terdispersi
sistem koloid dimana afinitasnya (daya tarik) sangat kecil terhadap medium
pendispersinya (Fatima, 2013).
Tabel 8.1. Berbagai jenis
koloid
Jenis
|
Fase kontinu
|
Fase dispersi
|
Contoh klinis
|
Contoh sehari-hari
|
sol
|
Cairan
|
Padat
|
Plasma
|
Cat
|
gel
|
Padat
|
Cair
|
penutup luka
|
agar & gelatin
|
emulsi
|
Cair
|
Cair
|
pencernaan lemak oleh kerja garam empedu
|
susu, krim tangan, saus salad
|
aerosol
|
gas
|
cair / padat
|
terapi inhalasi
|
asap dan kabut
|
(James, 2002).
Pembuatan
sitem koloid dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara dispersi dan juga
kondensasi. Berikut ini penjelasan singkatnya.
a.
Cara Dispersi
Pembuatan
koloid dengan cara dispersi adalah dengan cara mengubah partikel kasar menjadi
partikel koloid. Cara dispersi ini dapat dibuat dengan beberapa cara, yaitu:
-
Cara Mekanik
Proses pembuatannya dengan cara menghaluskan secara
langsung sehingga diperoleh ukuran partikel yang diinginkan. Selanjutnya
partikel halus didispersikan ke medium pendispersi
-
Cara Busur Bredig
Proses pembuatan koloid dengan cara ini digunakan
untuk membuat sol logam. Logam yang akan dibuat sol digunakan sebagai elektroda
yang akan dicelupkan ke medium pendispersinya. Logam akan dialiri arus listrik
sehingga uap logam yang terjadi akan terdispersi ke medium pendispersinya
sehingga akan terbentuk koloid
-
Cara Peptidasi
Merupakan cara pembuatan koloid dengan cara mengubah
partikel kasar berupa endapan kemudian diberikan elektrolit yang mengandung ion
sejenis zat pemecah yang nantinya akan menjadi partikel koloid.
b.
Cara Kondensasi
Pembuatan koloid dengan
cara kondensasi adalah dengan cara mengubah partikel larutan sejati (homogen)
menjadi partikel koloid. Cara kondensasi dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu:
-
Reaksi Redoks
Merupakan
cara pembuatan koloid dengan reaksi yang nantinya disertai dengan perubahan
bilangan oksidasi
-
Hidrolisis
Pembentukan
partikel koloid dengan mengunakan pereaksi air
-
Dekomposisi
Rangkap
Dilakukan
dengan reaksi penguraian zat membentuk zat yang lebih sederhana
-
Penggantian
Pelarut
Pelarut dari
larutan akan diganti dengan pelarut lain yang nantinya akan menghasilkan
partikel koloid (Sartono, 2014).
Dalam kehidupan sehari-hari kita sangat banyak contoh
dari sistem koloid yang salah satunya adalah udara. Udara terdiri dari polutan
padat, asap, air, debu, dan gas-gas lain yang terdispersi (tercampur) di
dalamnya. Mineral-mineral yang terdispersi dalam tanah juga merupakan sistem
koloid. Proses majunya garis pantai diakibatkan pembentukan sistem koloid yang
disebut proses pengendapan koloid dan masih banyak lagi contoh dalam kehidupan
kita yang merupakan sistem koloid (Parning, 2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar