BAB
VII
ISOTERM ADSORBSI
7.1. Tujuan Percobaan
Menentukan pengaruh lama pengocokan terhadap jumlah
adsorbat yang diserap pada proses adsorbsi asam klorida (HCl) dengan karbon
aktif.
7.2. Tinjauan
Pustaka
Adsorpsi merupakan suatu proses terjadinya
penyerapan atau penarikan molekul-molekul gas atau cairan pada permukaan
adsorben. Adsorben merupakan suatu bahan (padatan) yang akan dapat mengadsorpsi adsorbat. Beberapa adsorben yang
dapat digunakan dalam bidang penanganan limbah
adalah serbuk gergaji, hasil samping pertanian, limbah industri makanan,
bakteri, miroalga, kitosan, dan rumput laut.
Salah
satu adsorben yang lebih mudah dikembangkan
adalah rumput laut. Secara umum, keuntungan dari pemanfaatan
rumput laut sebagai adsorben adalah sebagai berikut
- Rumput laut mempunyai
kemampuan yang cukup tinggi dalam mengadsorpsi karena di dalam rumput laut
terdapat gugus fungsi yang dapat melakukan pengikatan dengan ion. Gugus
fungsi tersebut terutama gugus karboksil, hidroksil, amina, sulfudril imadazol,
sulfat dan sulfonat yang terdapat dalam
dinding sel dalam sitoplasma,
- Bahan bakunya mudah
didapat dan tersedia dalam jumlah banyak,
- Biaya operasional yang
rendah,
- Sludge yang dihasilkan sangat minim, dan
- Tidak perlu nutrisi
tambahan.
Proses adsorpsi akan digambarkan dengan suatu persamaan isoterm
adsorpsi. Isoterm adsorpsi akan menggambarkan
proses distribusi
adsorbat di antara fase cair dan fase padat. Dalam isoterm adsorpsi proses
tersebut digambarkan dengan sebuah persamaan atau rumus. Isoterm adsorpsi yang
umum digunakan adalah isoterm Freundlich dan isoterm Langmuir.
Isoterm Freundlich
didasarkan pada suatu
terbentuknya lapisan tunggal molekul (monolayer)
dari suatu molekul adsorbat di
permukaan adsorben.Selain itu, persamaan isoterm Freundlich menjelaskan bahwa
permukaan adsorben bersifat heterogen yang memiliki makna bahwa setiap gugus
aktif di permukaan adsorben memiliki kemampuan mengadsorpsi yang berbeda-beda.
Dari persamaan isoterm Freundlich maka dapat diperoleh nilai Kf dan
nilai n. Kf adalah indikator
kapasitas adsorpsi, dan n adalah intensitas adsorpsi.
Sedangkan isoterm
adsorpsi Langmuir menggambarkan bahwa suatu adsorpsi mengikuti asumsi sebagai
berikut
-
Adsorben dan adsorbat membentuk lapis tunggal (monolayer),
- Adsorpsi
terlokalisir,
- Kalor adsorpsi tidak
tergantung pada penutupan permukaan,
- Semua situs bersifat sama
dan permukaan adsorben bersifat homogen, dan
- Kemampuan adsorpsi molekul
pada suatu situs
tidak tergantung pada situs yang lainnya.
Persamaan
Langmuir dapat diturunkan secara teoritis dengan menganggap terjadinya
kesetimbangan antara molekul-molekul zat yang diadsorpsi (adsorbat) dengan
molekul-molekul zat yang masih bebas. Berdasarkan persamaan isoterm Langmuir
dapat diperoleh informasi mengenai Q0, yang menunjukkan nilai dari
kapasitas adsorpsi maksimum dari adsorben Melalui isoterm adsorpsi dapat diketahui
sifat dari gugus aktif pada adsorben. Dalam menentukan isoterm adsorpsi pada
proses adsorpsi ion Cu2+ oleh rumput laut Eucheuma spinosum, maka dilakukan penelitian dengan menentukan
kesesuaian adsorpsi dengan isoterm adsorpsi Freundlich dan isoterm adsorpsi
Langmuir.
Penentuan Pola Isoterm Adsorpsi Penentuan isoterm adsorpsi dilakukan dengan menganalisis
linearitas kurva hubungan sesuai dengan persamaan isoterm Freudlich dan
Langmuir. Langkah pertama dalam penentuan isoterm adsorpsi adalah dengan
merubah persamaan Langmuir dan Freundlich menjadi persamaan garis lurus.
Dalam menentukan pola adsorpsi Freundlich dari data
adsorpsi dapat dibuat kurva log Qe terhadap log Ce maka
akan diperoleh persamaan linear dengan intersep log Kf dan kemiringan 1/n (Dewa, 2014).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi adsorbsi
Secara
umum, faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi adalah sebagai berikut:
- Luas
permukaan
Semakin luas
permukaan adsorben, maka makin banyak zat yang teradsorpsi. Luas permukaan
adsorben ditentukan oleh ukuran partikel dan jumlah dari adsorben.
- Jenis
adsorbat
Peningkatan polarisabilitas adsorbat akan meningkatkan kemampuan adsorpsi
molekul yang mempunyai polarisabilitas yang tinggi (polar) memiliki kemampuan
tarik menarik terhadap molekul lain dibandingkan
molekul yang tidak dapat membentuk dipol (non polar); Peningkatan
berat molekul adsorbat dapat meningkatkan kemampuan adsorpsi. Adsorbat dengan
rantai yang bercabang biasanya lebih mudah diadsorbsi dibandingkan rantai yang
lurus.
- Struktur
molekul adsorbat
Hidroksil dan amino mengakibatkan
mengurangi kemampuan penyisihan sedangkan
nitrogen meningkatkan kemampuan penyisihan.
- Konsentrasi
Adsorbat
Semakin besar konsentrasi adsorbat dalam
larutan maka semakin banyak jumlah substansi yang terkumpul pada permukaan
adsorben.
- Temperatur
Pemanasan atau pengaktifan adsorben akan
meningkatkan daya serap adsorben terhadap adsorbat menyebabkan pori-pori
adsorben lebih terbuka pemanasan yang terlalu tinggi menyebabkan rusaknya adsorben sehingga kemampuan penyerapannya
menurun.
- pH
pH larutan mempengaruhi kelarutan ion
logam, aktivitas gugus fungsi pada biosorben dan kompetisi ion logam dalam
proses adsorpsi.
- Kecepatan
pengadukan
Menentukan
kecepatan waktu kontak adsorben dan adsorbat. Bila pengadukan terlalu lambat
maka proses adsorpsi berlangsung lambat pula, tetapi bila pengadukan terlalu
cepat kemungkinan struktur adsorben cepat
rusak, sehingga proses adsorpsi kurang optimal.
- Waktu
Kontak
Penentuan waktu kontak yang menghasilkan kapasitas adsorpsi maksimum
terjadi pada waktu kesetimbangan.
- Waktu kesetimbangan dipengaruhi oleh:
- tipe biomasa (jumlah dan jenis ruang pengikatan),
- ukuran dan fisiologi biomasa (aktif atau tidak aktif),
- ion
yang terlibat dalam sistem biosorpsi
- konsentrasi
ion logam
(Isna, 2011).
Macam-macam
jenis adsorban
Arang merupakan suatu padatan berpori yang
mengandung 85-95% karbon,
dihasilkan dari
bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika
pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara di dalam
ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung
karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang aktif
biasanya disebut karbon aktif yang dapat menyerap beberapa jenis zat di dalam
cairan ataupun gas. Berarti arang aktif dapat digunakan sebagai bahan penjernih
ataupun untuk menghilang-kan bau busuk. Pada arang aktif terdapat banyak pori
(zone) berukuran nano hingga
mikrometer. Sedemikian banyaknya pori sehingga dalam satu gram arang aktif bila
semua dinding rongga pori direntangkan, luas permukaannya dapat mencapai
ratusan hingga ribuan meter persegi.
Kemudian, terdapat suatu bahan lagi yang dapat
dijadikan adsorben pada proses adsorben, yakni zeolit. Penggunaan zeolit alam
sebagai adsorben untuk adsorpsi limbah logam dalam air telah sering sekali
dilakukan karena selain memenuhi sebagai adsorben yang baik juga harganya
terjangkau oleh masyarakat dan sangat mudah untuk didapat. Namun pada beberapa
kondisi, penggunaan zeolit kurang dapat dijadikan pilihan utama adsorben karena
daya pisahnya yang relatif masih rendah.
Gambar 7.2. Zeolit
Bahan ketiga yang biasa dapat digunakan sebagai
adsorben adalah silika. Silika ataupun silika gel adalah salah satu padatan
anorganik yang mempunyai situs aktif gugus silanol (Si-OH) dan siloksan
(Si-O-Si). Adanya gugus tersebut pada permukaan silika membuat silika mempunyai
kemampuan polarisabilitas rendah atau bersifat basa keras sehingga cenderung
untuk bereaksi dengan logam berat yang umumnya mempunyai tingkat
polarisabilitas yang tinggi atau asam lunak. Oleh karena itu, modifikasi pada
permukaan silika gel perlu dilakukan.
Gambar 7.3. Silika
Cara
kinerja terbentuknya adsorben
Data
adsorbsi menjelaskan kinerja adsorben dan isoterm adsorbsi serta distribusi
kesetimbangan zat terlarut antara adsorben dan larutan yang akan memberikan
kemampuan untuk memperkirakan efisiensi dan biaya adsorben. Model isoterm
Freundlich dipilih untuk memperkirakan intensitas adsorbsi dari adsorbat dari
permukaan adsorben yang dituliskan dalam bentuk rumus linear berikut
log Ce
= log Kf + 1/n log Ce
Meskipun
reaksi kimia kebanyakan dilakukan dalam penentuan jumlah spesi kimia, namun suatu reaksi kimia yang berlangsung
dapat diketahui sesuai dengan sistem dikurangi dengan jumlah-jumlah reaksi
kesetimbangan yang berbeda, artinya suatu reaksi yang terjadi antara zat-zat
yang ada didalam sistem tersesbut (Ijang, 2000).
Alat
yang digunakan untuk menetukan adsorben
Berbagai jenis pori-pori dalam bahan
padat diklasifikasikan sesuai dengan asal pori-pori dan faktor-faktor
struktural pori-pori dibahas sehingga dapat diketahui bahwa terdapat beberapa
macam penerapan serta metode dalam evaluasi distribusi ukuran pori dengan
isoterm adsorbsi molekular (Resolusi Molekuler Porosimetri), sudut kecil X-ray,
porosimetri merkuri, resonansi magnetik nuklir, dan thermoporosimetri (Thomas,
2015).
Persamaan
isoterm adsorbsi Freundlich
Dalam menentukan rumus sangat diperlukan penganalisaan suatu
sumber dan hasil sumber itu sendiri, sehingga dalam pencarian rumus selalu
didasari oleh sumber yang jelas. Seperti halnya penentuan rumus isoterm dapat
dituliskan sebagai berikut
υ(P) = A,
0<1 / n<
υ
= volume gas yang teradsorbsi
Tekanannya berkisar antar 10-9
sampai dengan 10-5 dan suhu antara 77,6-90,3 K, sedangkan untuk
potensial adsorbsi dirumuskan dengan
ε = -RT ln (P/P0)
P0
= tekanan uap dari adsorbsi cair pada suhu pengukuran
T = suhu cairan
Sehingga akan dapat ditemukan bahwa fungsi ini memiliki
bentuk berikut yang berketerkaitan dengan rumus-rumus penentuan volume adsorbsi
diatas
ln υ = ln υ0-Bε2
(Rudzinski, 2008).
Karbon aktif adalah arang yang diproses sedemikian
rupa sehingga mempunyai daya serap/adsorpsi yang tinggi terhadap bahan yang
berbentuk larutan atau uap. Karbon aktif secara luas digunakan sebagai adsorben
dan secara umum mempunyai kapasitas yang besar untuk mengadsorpsi molekul
organik. Arang aktif atau karbon aktif adalah arang yang dapat menyerap anion,
kation dan molekul dalam bentuk senyawa organik maupun anorganik, larutan
ataupun gas. Karbon aktif terdiri dari berbagai
mineral yang dibedakan berdasarkan kemampuan adsorpsi (daya serap) dan
karakteristiknya
(Isna, 2011).