Selasa, 24 Juli 2018

Rekristalisasi Garam Dapur


BAB V
REKRISTALISASI GARAM DAPUR
5.1.       Tujuan Percobaan
                      -    Mengetahui pengertian kristalisasi dan rekristalisasi
                       -    Mengetahui berat kristal murni NaCl hasil praktikum.
5.2.       Tinjauan Pustaka
Kristal dibangun dari jumlah yang sangat besar dari sel-sel yang disusun secara rutin yang 
masing-masing memiliki isi yang identik dan struktur kristal adalah susunan spasial dari
 atom-atom (Trueblood, 2010).  
titik didihnya merupakan dari setiap zat yang berbeda dari zat yang lain (Partana, 2008). Pada proses kristalisasi partikel murni saja yang akan membentuk Kristal, dan pembentukan kristal digunakan untuk memperoleh suatu produk atau hasil yang murni dari suatu campuran (Kamilati, 2006).
Rekristalisasi adalah salah satu proses pemisahan zat padat dari zat pengotornya atau campuran, dengan mengkristalkan kembali zat yang telah dilarutkan ke dalam pelarut (solven) yang sesuai. Ada beberapa syarat agar suatu pelarut dapat digunakan dalam proses kristalisasi yaitu :
-       Memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotor
-       Tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal
-       Mudah dipisahkan dari kristalnya.
Prinsip utama dari rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan  dimurnikan dengan kelarutan zat tercampur, larutan yang terbentuk dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya  (mencapai kondisi supersaturasi atau larutan lewat jenuh). Secara teoritis ada 4 metode untuk menciptakan supersaturasi :
-       Dengan mengubah temperatur
-       Menguapkan solven
-       Reaksi kimia
-       Mengubah komposisi solven (Rositawati, 2013).
Bahan pengikat kotor adalah bahan atau zat yang dapat digunakan untuk mengikat zat lain dari suatu zat murni (Sedyawati dkk, 2010).
Kristalisasi memiliki peranan penting dalam industri kimia. Hal ini dilihat dari 70% produk-produk kimia dihasilkan dalam bentuk kristal (padat) dan keuntungan dari produk yang dihasilkan dalam bentuk kristal tersebut antara lain adalah biaya transportasi lebih murah, padatan lebih tahan lama terhadap kerusakan yang diakibatnya dekomposisi dan bentuk dari suatu kristal tersebut lebih mempermudah penyimpanan (Setyopratomo, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kristalisasi:
-       Temperatur
Pembentukan kristal dipengaruhi oleh temperatur tinggi yang dikontrol oleh alat difusi, sedangkan pada temperatur rendah dikontrol pleh alat Surface Integration.
-       Ukuran kristal
Pertumbuhan pada kristal berukuran kecil lebih cepat dari pertumbuhan pada kristal yang berukuran besar. Solution Velocity sangat berperan pada kristal berukuran 200  -2 mm. Oleh karena itu, semakin besar partikel, semakin rendah kecepatan pertumbuhannya.
-       Impurities  
Impurities mempunyai pengaruh bagi pertumbuhan kristal dimana untuk meningkatkan laju pertumbuhan, dan dapat juga merubah sifat larutan dengan merubah konsentrasi kesetimbangan dan derajat supersaturnasi serta dapat merubah karakteristik lapisan pada permukaan kristal (Yuni, 2008).
Rendemen adalah perbandingan antara hasil minyak atsiri dan bahan baku minyak atau jumlah bahan baku untuk menghasilkan minyak yang dinyatakan dalam persen (Trubus, 2009).
Berdasarkan teknik rekristalisasi dibagi menjadi 3 bagian :
1.    Rekristalisasi dengan penyaringan panas
Penyaringan panas yang digunakan untuk memisahkan senyawa dengan pengotornya yang tidak terlarut. Teknik ini biasanya menggunakan sistem pelarut tunggal. Untuk keberhasilan rekristalisasi, penyaringan harus benar-benar panas untuk menghentikan pembentukkan kristal senyawa yang terlarut selama pernyaringan terjadi.
2.    Rekristalisasi dengan nukleasi spontan
Nukleasi adalah proses sebelum kristalisasi yang merupakan hasil dari menstabilkan supersaturasi akibat dari pemisahan zat pelarut atau penurun suhu. Nukleasi spontan merupakan proses utama (primer), dimana kristal yang mengalami kristalisasi tidak terdapat dalam sistem bernukleasi
3.    Rekristalisasi menggunakan Seeding
Rekristalisasi ini dilakukan dengan menambahkan sedikit senyawa murni (bibit kristal) ke dalam larutan jenuh, sehingga yang dihasilkan nukleasi sekunder tidak terjadi pada bibit kristal bernukleasi primer. Proses menggunakan Seeding tidak melalui proses nukleasi primer, dimana lebih mudah mengatur ukuran kristal, karena dengan mengatur kecepatan pertumbuhannya dan penurunan suhu kristal  (Pinalia, 2011).


Kamis, 19 Juli 2018

ISOTERM ADSORBSI


BAB VII
ISOTERM ADSORBSI
7.1.  Tujuan Percobaan
Menentukan pengaruh lama pengocokan terhadap jumlah adsorbat yang diserap pada proses adsorbsi asam klorida (HCl) dengan karbon aktif.
7.2.  Tinjauan Pustaka
        Adsorpsi merupakan suatu proses terjadinya penyerapan atau penarikan molekul-molekul gas atau cairan pada permukaan adsorben. Adsorben merupakan suatu bahan (padatan) yang akan dapat mengadsorpsi adsorbat. Beberapa adsorben yang dapat digunakan dalam bidang penanganan limbah adalah serbuk gergaji, hasil samping pertanian, limbah industri makanan, bakteri, miroalga, kitosan, dan rumput laut.
Salah satu adsorben yang lebih mudah dikembangkan adalah rumput laut. Secara umum, keuntungan dari pemanfaatan rumput laut sebagai adsorben adalah sebagai berikut
- Rumput laut mempunyai kemampuan yang cukup tinggi dalam mengadsorpsi karena di dalam rumput laut terdapat gugus fungsi yang dapat melakukan pengikatan dengan ion. Gugus fungsi tersebut terutama gugus karboksil, hidroksil, amina, sulfudril imadazol, sulfat dan sulfonat yang terdapat dalam dinding sel dalam sitoplasma,
- Bahan bakunya mudah didapat dan tersedia dalam jumlah banyak,
- Biaya operasional yang rendah,
- Sludge yang dihasilkan sangat minim, dan
- Tidak perlu nutrisi tambahan.
Proses adsorpsi akan digambarkan dengan suatu persamaan isoterm adsorpsi. Isoterm adsorpsi akan menggambarkan proses distribusi adsorbat di antara fase cair dan fase padat. Dalam isoterm adsorpsi proses tersebut digambarkan dengan sebuah persamaan atau rumus. Isoterm adsorpsi yang umum digunakan adalah isoterm Freundlich dan isoterm Langmuir.
Isoterm Freundlich didasarkan pada suatu terbentuknya lapisan tunggal molekul (monolayer) dari suatu molekul adsorbat di permukaan adsorben.Selain itu, persamaan isoterm Freundlich menjelaskan bahwa permukaan adsorben bersifat heterogen yang memiliki makna bahwa setiap gugus aktif di permukaan adsorben memiliki kemampuan mengadsorpsi yang berbeda-beda. Dari persamaan isoterm Freundlich maka dapat diperoleh nilai Kf dan nilai n. Kf adalah indikator kapasitas adsorpsi, dan n adalah intensitas adsorpsi.
Sedangkan isoterm adsorpsi Langmuir menggambarkan bahwa suatu adsorpsi mengikuti asumsi sebagai berikut
- Adsorben dan adsorbat membentuk lapis tunggal (monolayer),
- Adsorpsi terlokalisir,
- Kalor adsorpsi tidak tergantung pada penutupan permukaan,
- Semua situs bersifat sama dan permukaan adsorben bersifat homogen, dan
- Kemampuan adsorpsi molekul pada suatu situs tidak tergantung pada situs yang lainnya.
           Persamaan Langmuir dapat diturunkan secara teoritis dengan menganggap terjadinya kesetimbangan antara molekul-molekul zat yang diadsorpsi (adsorbat) dengan molekul-molekul zat yang masih bebas. Berdasarkan persamaan isoterm Langmuir dapat diperoleh informasi mengenai Q0, yang menunjukkan nilai dari kapasitas adsorpsi maksimum dari adsorben Melalui isoterm adsorpsi dapat diketahui sifat dari gugus aktif pada adsorben. Dalam menentukan isoterm adsorpsi pada proses adsorpsi ion Cu2+ oleh rumput laut Eucheuma spinosum, maka dilakukan penelitian dengan menentukan kesesuaian adsorpsi dengan isoterm adsorpsi Freundlich dan isoterm adsorpsi Langmuir.
Penentuan Pola Isoterm Adsorpsi Penentuan isoterm adsorpsi dilakukan dengan menganalisis linearitas kurva hubungan sesuai dengan persamaan isoterm Freudlich dan Langmuir. Langkah pertama dalam penentuan isoterm adsorpsi adalah dengan merubah persamaan Langmuir dan Freundlich menjadi persamaan garis lurus.
            Dalam menentukan pola adsorpsi Freundlich dari data adsorpsi dapat dibuat kurva log Qe terhadap log Ce maka akan diperoleh persamaan linear dengan intersep log Kf dan kemiringan 1/n (Dewa, 2014).
Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorbsi
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi adalah sebagai berikut:
-   Luas permukaan
Semakin luas permukaan adsorben, maka makin banyak zat yang teradsorpsi. Luas permukaan adsorben ditentukan oleh ukuran partikel dan jumlah dari adsorben.
-   Jenis adsorbat
Peningkatan polarisabilitas adsorbat akan meningkatkan kemampuan adsorpsi molekul yang mempunyai polarisabilitas yang tinggi (polar) memiliki kemampuan tarik menarik terhadap molekul lain dibandingkan molekul yang tidak dapat membentuk dipol (non polar); Peningkatan   berat   molekul   adsorbat dapat meningkatkan kemampuan adsorpsi. Adsorbat dengan rantai yang bercabang biasanya lebih mudah diadsorbsi dibandingkan rantai yang lurus.
-   Struktur molekul adsorbat
Hidroksil dan amino mengakibatkan mengurangi kemampuan penyisihan sedangkan nitrogen meningkatkan kemampuan penyisihan.
-   Konsentrasi Adsorbat
Semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin banyak jumlah substansi yang terkumpul pada permukaan adsorben.
-   Temperatur
Pemanasan atau pengaktifan adsorben akan meningkatkan daya serap adsorben terhadap adsorbat menyebabkan pori-pori adsorben lebih terbuka pemanasan yang terlalu tinggi menyebabkan rusaknya adsorben sehingga kemampuan penyerapannya menurun.
-   pH
pH larutan mempengaruhi kelarutan ion logam, aktivitas gugus fungsi pada biosorben dan kompetisi ion logam dalam proses adsorpsi.
-   Kecepatan pengadukan
Menentukan kecepatan waktu kontak adsorben dan adsorbat. Bila pengadukan terlalu lambat maka proses adsorpsi berlangsung lambat pula, tetapi bila pengadukan terlalu
cepat kemungkinan struktur adsorben cepat rusak, sehingga proses adsorpsi kurang optimal.
-   Waktu Kontak
Penentuan waktu kontak yang menghasilkan kapasitas adsorpsi maksimum terjadi pada waktu kesetimbangan.
-   Waktu kesetimbangan dipengaruhi oleh:
- tipe biomasa (jumlah dan jenis ruang pengikatan),
- ukuran dan fisiologi biomasa (aktif atau tidak aktif),
     - ion yang terlibat dalam sistem biosorpsi
     - konsentrasi ion logam (Isna, 2011).

Macam-macam jenis adsorban
 

Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon,
dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara di dalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang aktif biasanya disebut karbon aktif yang dapat menyerap beberapa jenis zat di dalam cairan ataupun gas. Berarti arang aktif dapat digunakan sebagai bahan penjernih ataupun untuk menghilang-kan bau busuk. Pada arang aktif terdapat banyak pori (zone) berukuran nano hingga mikrometer. Sedemikian banyaknya pori sehingga dalam satu gram arang aktif bila semua dinding rongga pori direntangkan, luas permukaannya dapat mencapai ratusan hingga ribuan meter persegi.
Kemudian, terdapat suatu bahan lagi yang dapat dijadikan adsorben pada proses adsorben, yakni zeolit. Penggunaan zeolit alam sebagai adsorben untuk adsorpsi limbah logam dalam air telah sering sekali dilakukan karena selain memenuhi sebagai adsorben yang baik juga harganya terjangkau oleh masyarakat dan sangat mudah untuk didapat. Namun pada beberapa kondisi, penggunaan zeolit kurang dapat dijadikan pilihan utama adsorben karena daya pisahnya yang relatif masih rendah.

        Gambar 7.2. Zeolit
Bahan ketiga yang biasa dapat digunakan sebagai adsorben adalah silika. Silika ataupun silika gel adalah salah satu padatan anorganik yang mempunyai situs aktif gugus silanol (Si-OH) dan siloksan (Si-O-Si). Adanya gugus tersebut pada permukaan silika membuat silika mempunyai kemampuan polarisabilitas rendah atau bersifat basa keras sehingga cenderung untuk bereaksi dengan logam berat yang umumnya mempunyai tingkat polarisabilitas yang tinggi atau asam lunak. Oleh karena itu, modifikasi pada permukaan silika gel perlu dilakukan.

 
                                                            Gambar 7.3. Silika
 
Cara kinerja terbentuknya adsorben
        Data adsorbsi menjelaskan kinerja adsorben dan isoterm adsorbsi serta distribusi kesetimbangan zat terlarut antara adsorben dan larutan yang akan memberikan kemampuan untuk memperkirakan efisiensi dan biaya adsorben. Model isoterm Freundlich dipilih untuk memperkirakan intensitas adsorbsi dari adsorbat dari permukaan adsorben yang dituliskan dalam bentuk rumus linear berikut

log Ce = log Kf + 1/n log Ce

Meskipun reaksi kimia kebanyakan dilakukan dalam penentuan jumlah spesi kimia,  namun suatu reaksi kimia yang berlangsung dapat diketahui sesuai dengan sistem dikurangi dengan jumlah-jumlah reaksi kesetimbangan yang berbeda, artinya suatu reaksi yang terjadi antara zat-zat yang ada didalam sistem tersesbut (Ijang, 2000).
Alat yang digunakan untuk menetukan adsorben
        Berbagai jenis pori-pori dalam bahan padat diklasifikasikan sesuai dengan asal pori-pori dan faktor-faktor struktural pori-pori dibahas sehingga dapat diketahui bahwa terdapat beberapa macam penerapan serta metode dalam evaluasi distribusi ukuran pori dengan isoterm adsorbsi molekular (Resolusi Molekuler Porosimetri), sudut kecil X-ray, porosimetri merkuri, resonansi magnetik nuklir, dan thermoporosimetri (Thomas, 2015).
Persamaan isoterm adsorbsi Freundlich

Dalam menentukan rumus sangat diperlukan penganalisaan suatu sumber dan hasil sumber itu sendiri, sehingga dalam pencarian rumus selalu didasari oleh sumber yang jelas. Seperti halnya penentuan rumus isoterm dapat dituliskan sebagai berikut
υ(P) = A, 0<1 / n<
υ = volume gas yang teradsorbsi

Tekanannya berkisar antar 10-9 sampai dengan 10-5 dan suhu antara 77,6-90,3 K, sedangkan untuk potensial adsorbsi dirumuskan dengan
ε = -RT ln (P/P0)
P0 = tekanan uap dari adsorbsi cair pada suhu pengukuran
T  = suhu cairan

        Sehingga akan dapat ditemukan bahwa fungsi ini memiliki bentuk berikut yang berketerkaitan dengan rumus-rumus penentuan volume adsorbsi diatas
ln υ = ln υ0-Bε2
                                                                                                                     (Rudzinski, 2008).
Karbon aktif adalah arang yang diproses sedemikian rupa sehingga mempunyai daya serap/adsorpsi yang tinggi terhadap bahan yang berbentuk larutan atau uap. Karbon aktif secara luas digunakan sebagai adsorben dan secara umum mempunyai kapasitas yang besar untuk mengadsorpsi molekul organik. Arang aktif atau karbon aktif adalah arang yang dapat menyerap anion, kation dan molekul dalam bentuk senyawa organik maupun anorganik, larutan ataupun gas. Karbon aktif terdiri dari berbagai mineral yang dibedakan berdasarkan kemampuan adsorpsi (daya serap) dan karakteristiknya (Isna, 2011).